Minggu, 27 Maret 2011

Post Traumatic Stress Disorder

Bencana alam yang menimpa negara Jepang yang terjadi pada tanggal 11 Maret 2011 pukul 15.00 waktu Tokyo telah terjadi gempa bumi berkekuatan 8,9 SR yang berpusat dikedalaman 24,3 km sekitar 130 km disebelah timur Sendai di pulau utama Honshu dan disusul dengan Tsunami. Bencana ini diperkirakan telah memakan korban sebanyak 2000 jiwa. Korban bencana tersebut disinyalir mengalami Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) yaitu gangguan stress atau tekanan dari suatu peristiwa luar biasa yang dihadapi oleh setiap individu dimasa lalu yang dapat berakibat kecemasan.
Definisi Post Traumatic Stress Disorder
Gangguan Stress Pasca Trauma (Post Traumatic Stress Disorder) adalah reaksi maladaptif yang berkelanjutan terhadap suatu pengalaman traumatis. Pengalaman traumatis ini merupakan pengalaman luar biasa yang mencekam, mengerikan, dan mengancam jiwa seseorang, seperti peperangan, korban perkosaan, keorban kecelakaan hebat dan orang-orang yang telah menjadi saksi dari hancurnya rumah-rumah dan lingkungan hidup mereka oleh bencana alam, atau oleh bencana teknologis seperti tabrakan kereta api atau kecelakaan pesawat dan sebagainya.
Gangguan Stress Pasca Trauma ini kemungkinan berlangsung berbulan-bulan, bertahun-tahun atau sampai beberapa dekade dan mungkin baru muncul setelah beberapa bulan atau tahun setelah adanya pemaparan terhadap peristiwa traumatis. Individu akan didiagnosa mengalami PTSD bila setelah periode yang cukup panjang, ia tak mampu kembali ke fungsinya yang semula, dan terus dicekam oleh pengalaman-pengalaman mengganggu
Kerentanan terjadinta Post Traumatic Stress Disorder pada individu sangat tergantung pada beberapa faktor seperti resiliensi dan kerentanan terhadap efek trauma, riwayat penganiayaan seksual masa anak-anak, keparahan trauma, derajat pemaparan, ketersediaan dukungan sosial, penggunaan respon coping aktif dalam menghadapi stresor traumatis, dan perasaan malu. Dalam kaitannya dengan gender, perempuan lebih banyak mengembangkan

PTSD sebagai respon terhadap trauma meskipun pria juga sering dihadapkan pada pengalaman traumatis.
Symtom
Symtomps yang muncul pada Post Traumatic Stress disorder meliputi:
1.Ingatan atau bayangan mencengkeram tentang trauma, atau merasa seperti kejadian terjadi kembali ("Flashbacks")
2.Respon-respon fisik seperti dada berdebar, munculnya keringat dingin, lemas tubuh atau sesak nafas saat teringat atau berada dalam situasi yang mengingatkan pada kejadian
3.Kewaspadaan berlebih, kebutuhan besar untuk menjaga dan melindungi diri
4.Mudah terbangkitkan ingatannya bila ada stimulus atau rangsang yang berasosiasi dengan trauma (lokasi, kemiripan fisik atau suasana, suara dan bau, dan sebagainya).
Pada beberapa orang dapat terjadi:
1.Mimpi buruk, gangguan tidur
2.Gangguan makan: mual dan muntah, kesulitan makan, atau justru kebutuhan sangat meningkat untuk mengkonsumsi makanan
3.Ketakutan, merasa kembali berada dalam bahaya
4.Kesulitan mengendalikan emosi atau perasaan, misalnya menjadi sensitif, cepat marah, tidak sabar
5.Kesulitan untuk berkonsentrasi atau berpikir jernih.

Etiologi
1.Etiologi Psikoanalisis
Bisa disebabkan pengalaman masa lalu yang tanpa disadari individu telah membuat individu menjadi trauma dan cemas berlebihan. Dengan kata lain, ada konflik – konflik tak sadar yang tetap tinggal tersembunyi dan merembes ke syaraf kesadaran.
2.Etiologi Kognitif
Adanya cara berpikir yang terdistorsi dan disfungsional, bisa meliputi beberapa hal seperti : prediksi berlebihan terhadap rasa takut, keyakinan yang self – defeating atau irasional, sensitiviras berlebihan terhadap ancaman, sensitivitas kecemasan, salah mengatribusikan sinyal – sinyal tubuh,serta self – efficacy yang rendah
3.Etiologi berdasarkan pendekatan behavioral
Etiologi terjadinya PTSD dapat dijelaskan dengan menggunakan pendekatan behavioral dengan kerangka pikir conditioning. Dalam perspektif classical Conditioning, pengalaman traumatis berfungsi sebagai stimulus tak terkondisi yang dipasangkan dengan stimulus netral seperti sesuatu yang dilihat, suara, dan bau yang diasosiasikan dengan gambaran trauma. Pemaparan terhadap stimuli yang sama atau hampir sama memunculkan kecemasan yang diasosiasikan dengan PTSD
Pengobatan bisa termasuk psikoterapi (mendukung dan melakukan terapi) dan pemberian obat antidepresan. Pengobatan memerlukan psikoterapi (termasuk terapi kontak) dan terapi obat. Karena sering kegelisahan hebat yang dihubungkan dengan kenangan yang menggoncangkan jiwa, psikoterapi mendukung memainkan tugas yang teramat penting pada pengobatan. Ahli terapi secara terbuka berempati dan bersimpati dalam mengenal rasa sakit psikologis. Ahli terapi menenteramkan orang bahwa respon mereka nyata tetapi menganjurkan mereka menghadapi kenangan mereka (sebagai bentuk terapi kontak).
Mereka juga diajar cara untuk kegelisahan kontrol, yang menolong memodulasi dan mengintegrasikan kenangan menyiksa ke dalam kepribadian mereka. Psikoterapi insight-oriented bisa membantu orang yang merasa merasa bersalah memahami mengapa mereka menghukum diri mereka sendiri dan membantu menghilangkan perasaan bersalah. Obat antidepresi kelihatannya memberikan beberapa keuntungan. Gangguan stress posttraumatic kronis bisa tidak hilang tetapi seringkali sangat berkurang seiring waktu bahkan tanpa pengobatan. Meskipun demikian, beberapa orang menjadi cacat tetap dengan gangguan tersebut.

Ada dua macam terapi pengobatan yang dapat dilakukan penderita PTSD, yaitu dengan menggunakan farmakoterapi dan psikoterapi. Pengobatan farmakoterapi dapat berupa terapi obat hanya dalam hal kelanjutan pengobatan pasien yang sudah dikenal. Pengobatan psikoterapi. Para terapis yang sangat berkonsentrasi pada masalah PTSD percaya bahwa ada tiga tipe psikoterapi yang dapat digunakan dan efektif untuk penanganan PTSD, yaitu: anxiety management, cognitive therapy, exposure therapy .

Daftar Pustaka:

Http://www.e-psikologi.com/epsi/klinis_detail.asp?id=575
Http://technurlogy.wordpress.com/2010/05/31/post-traumatic-disorder-gangguan-stres-pascatrauma/

IMAS AMALIA
15509505
2PA03

Selasa, 15 Maret 2011

Penyesuaian Diri, Pertumbuhan Personal dan Stres

PENYESUAIAN DIRI
Definisi Penyesuaian Diri Menurut Beberapa Tokoh:
Menurut Kartono (2000), penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga permusuhan, kemarahan, depresi, dan emosi negatif lain sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis. Hariyadi, dkk (2003) menyatakan penyesuaian diri adalah kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan atau dapat pula mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan diri sendiri. Ali dan Asrori (2005) juga menyatakan bahwa penyesuaian diri dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan perilaku yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu berada. Sebelumnya Scheneiders (dalam Yusuf, 2004), juga menjelaskan penyesuaian diri sebagai suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan individu dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan, dan mengatasi ketegangan, frustasi dan konflik secara sukses serta menghasilkan hubungan yang harmonis antara kebutuhan dirinya dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup. Hurlock (dalam Gunarsa, 2003) memberikan perumusan tentang penyesuaian diri secara lebih umum, yaitu bilamana seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap orang lain secara umum ataupun terhadap kelompoknya, dan ia memperlihatkan sikap serta tingkah laku yang menyenangkan berarti ia diterima oleh kelompok atau lingkungannya. Dengan perkataan lain, orang itu mampu menyesuaikan sendiri dengan baik terhadap lingkungannya

PERTUMBUHAN PERSONAL
Ketika orang-orang terlibat sepenuhnya dalam perjalanan Pertumbuhan pribadi mereka mengalami rasa baru kebebasan dan tujuan bahwa mereka tidak pernah sebelumnya. Personal Growth adalah, pada intinya, tentang memelihara pertumbuhan seorang individu. Kita adalah makhluk holistik dengan pikiran, tubuh, dan jiwa. Kita hidup di World mana kita semakin ditantang untuk memanfaatkan potensi penuh kita. Pertumbuhan pribadi membantu kita untuk naik ke kesempatan-untuk menjadi semua yang kita dapat dan beradaptasi dengan kecepatan kilat-perubahan dalam masyarakat. Personal Growth dan Pertumbuhan rohani sangat terjalin. Seperti kata Teilhard de Chardin, Kita bukanlah manusia yang memiliki pengalaman spiritual. Kita adalah makhluk spiritual yang memiliki pengalaman manusia. Apakah kekuatan batin yang mendorong kita ke depan untuk terlibat dalam hidup dan segaladi sekitar kita. Pertumbuhan pribadi adalah sambungan ke bahwa kekuatan bawaan, yang memungkinkan seorang individu untuk tumbuh dan menjalani hidup dengan penuh. Banyak orang tidak menyadari atau tidak mengerti apa pertumbuhan pribadi. Pertumbuhan pribadi juga mungkin dikenal oleh mandiri, pengembangan pribadi, pengembangan diri, usia baru, dan banyak lagi.

STRES
Definisi Stres
Menurut EP. Gintings, stress adalah reksi tubuh manusia terhadap setiap tuntutan yang dialami oleh seseorang dalam beberapa hal. Pertama, keletihan dan kelelahan akibat kehidupan. Kedua, suatu keadaan yang dinyatakan oleh suatu sindroma khusus dari peristiwa biologis baik menyenangkan maupun tidak. Ketiga, mobilisasi pembelaan tubuh yang memungkinkan adaptasi terhadap peristiwa kekerasan atau ancaman. Keempat, terganggunya mekanisme keseimbangan dalam diri seseorang yaitu keseimbangan dalam dan keseimbangan luar yang sifatnya fisik, mental dan spiritual oleh karena perubahan yang mendadak yang sifatnya tidak menyenangkan. Kelima, mengecilkan potensi seseorang karena adanya luka-luka perasaan, beban berat dan kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi dalam diri seseorang.
Menurut Keith Sehnert, untuk menjelaskan arti kata stress, kita harus merujuk pada orang yang menemukan istilah itu pertama kali yaitu dr. Hans Selye. Menurut Selye “ Stres merupakan reaksi tubuh yang tidak menentu terhadap apa yang dituntut dari tubuh itu”.
Menurut Dadang Hawari, stress adalah respon tubuh yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya.
Stres menurut Lazarus dan Launier adalah ketegangan fisik dan mental atau emosional karena tubuh kita merespon terhadap tuntutan, tekanan dan gangguan yang ada disekeliling kita.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stres
1. Faktor Perilaku
Faktor ini muncul ketika seseorang menjumpai stressor dalam lingkungannya, ada dua karakteristik pada stresor tersebut yang akan mempengaruhi reaksinya terhadap stresor itu yaitu: berapa lamanya (duration) ia harus menghadapi stresor itu dan berapa terduganya stresor itu (predictability).

2. Faktor Psikologis
Ada tiga faktor psikologis yang terlibat. Perceived control yakni keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai stresor itu. Orang dengan internal locus of control (peristiwa yang terjadi sangat dipengaruhi oleh perilakunya) cenderung lebih mampu menghadapi stress disbanding dengan orang dengan external locus of control (peristiwa yang terjadi bergantung pada nasib, keberuntungan atau orang lain). Learned helplessness, adalah reaksi tidak berdaya akibat seringnya mengalami peristiwa yang berada diluar kendalinya. Dan Hardiness (keberanian, ketangguhan).
3. Faktor Sosial
Peristiwa penting dalam hidup seperti pernikahan atau kehilangan pekerjaan merupakan stresor social yang berpengaruh.
MANAJEMEN STRES
Tips Bagaimana Cara Mengendalikan Stres Bukan Stres Yang Mengendalikan :
 Ingatlah sedikit stress justru baik untuk anda
 Umpamakan stres sebagai lampu
 Terima kenyataan bahwa stress bagian dari hidup
 Persiapkan diri anda untuk menghadapi berbagai bentuk stress setiap hari
 Hidupkan pengharapan dalam hati
 Melakukan aktifitas baru
Menurut pendapat Philip L. Rice , cara yang dapat ditempuh untuk meminimalisir stress sebagai berikut:
Pertama, preventive (mencegah), untuk cara preventive ini bisa dilakukan dengan berbagai teknik, misalnya, adaptasi dengan keadaan (avoiding by adjustment)
Kedua, Combative (melawan), cara yang combative ini dapat ditempuh dengan teknik menyelesaikan masalah rill yang kita hadapi (problem solving) baik dalam bentuk mental maupun fisik, melibatkan diri sendiri saja atau melibatkan orang lain.

Daftar Pustaka
Lur Rochman Kholil, S.Ag., M.S.I. Kesehatan Mental: 2010, Purwokerto; Fajar Media Press
Sunarto & Hartono, B. Agung. (1995). Perkembangan Perserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta Wahjo Sumidjo.
http://www.kesehatanport.com/memahami-personal-growth.html

IMAS AMALIA
15509505
2PA03

Senin, 07 Maret 2011

Kepribadian Sehat Menurut Rogers, Maslow, Fromm

1. Carl Rogers
a. Perkembangan Kepribadian ‘Self’
Apabila orang-orang bertanggung jawab terhadap kepribadian mereka sendiri dan mampu memperbaikinya, maka mereka harus menjadi makhluk yang sadar dan rasional. Rogers percaya bahwa orang-orang dibimbing oleh persepsi sadar mereka sendiri tentang diri mereka dan dunia sekitar mereka bukan oleh kekuatan-kekuatan tak sadar yang tidak dapat mereka kontrol. Kriterium terakhir seseorang adalah pada pengalaman sadarnya sendiri dan pengalaman itu memberikan kerangka intelektual dan emosional dimana kepribadian terus-menerus tumbuh.

b. Peranan Positif Regard
Positive regard adalah suatu kebutuhan yang memaksa dan merembes, dimiliki oleh semua manusia, setiap anak terdorong untuk mencari positive regard. Akan tetapi tidak semua anak menemukan kepuasan yang cukup akan kebutuhan ini. Anak puas kalau dia menerima kasih saying, cinta dan persetujuan dari orang lain, tetapi dia kecewa kalau dia menerima celaan dan kurang mendapat cinta dan kasih saying. Apakah anak itu akan tumbuh menjadi suatu kepribadian yang sehat tergantung pada sejauh manakah kebutuhan akan positive regard ini dipuaskan dengan baik.

c. Ciri Orang Yang Berfungsi
Manusia yang rasional dan sadar, tidak dikontrol oleh peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak, seperti pembiasaan akan kebersihan (toilet training), penyapihan yang lebih cepat atau pengalaman-pengalaman seks sebelum waktunya. Dalam masa kecil anak mulai membedakan atau memisahkan salah satu segi pengalamannya dari semua yang lain-lainnya. Segi ini adalah diri dan itu digambarkan dengan bertambahnya penggunaan kata “aku” dan “kepunyaanku”. Anak itu mengembangkan kemampuan untuk membedakan antara apa yang menjadi milik atau bagian dari dirinya dan semua benda lain yang dilihat, didengar, diraba dan diciumnya ketika dia mulai membentuk suatu lukisan dan gambaran tentang siapa dia. Dengan kata lain, anak itu mengembangkan suatu “pengertian diri” (self concept).



2. Abraham Maslow
a. Perkembangan Kepribadian ‘Self’
Maslow berpendapat, bahwa manusia memiliki hierarki kebutuhan yang dimulai dari kebutuhan jasmaniah yang paling asasi sampai dengan kebutuhan tertinggi yakni kebutuhan estetis. Kebutuhan jasmaniah seperti makan, minum, tidur dan sex menuntut sekali untuk dipuaskan. Apabila kebutuhan ini terpuaskan, maka munculah kebutuhan keamanan seperti kebutuhan kesehatan dan kebutuhan terhindar dari bahaya dan bencana. Kebutuhan untuk memiliki cinta dan kasih, seperti dorongan untuk memiliki kawan dan bekeluarga, kebutuhan untuk menjadi anggota kelompok dan sebagainya. Ketidak mampuan seseorang ini dapat mendorong seseorang dapat berbuat lain untuk memperoleh pengakuan dan perhatian. Apabila seseorang telah dapat memenuhi semua kebutuhan yang tingkatannya lebih rendah tadi, maka motivasi lalu diarahkan kepada terpenuhinya kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengembangkan potensi atau bakat dan kecenderungan tertentu.

b. Ciri Orang Yang Berfungsi
Apabila kebutuhan-kebutuhan fisiologis kita dipenuhi maka kita didorong oleh kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi kebutuhan-kebutuhan akan jaminan, stabilitas, perlindungan, ketertiban, bebas dari ketakutan dan kecemasan. Maslow percaya bahwa kita semua membutuhkan sedikit banyak sesuatu yang bersifat rutin dan dapat diramalkan. Ketidakpastian sulit dipertahankan, karena itu kita berusaha mencapai sebanyak mungkin jaminan, perlindungan, ketertiban menurut kemampuan kita.


3. Erich Fromm
a. Perkembangan Kepribadian ‘Self’

Fromm melukiskan hakikat keadaan manusia sebagai kesepian dan ketidakberatian. (Pendirian ini tidak pesimistis, walaupun sepintas lalu kelihatannya pesimistis). Dia berbicara tentang pembagian eksistensial dan pembagian historis dalam kodrat manusia sebagai akibat dari evolusi kita dari binatang-binatang yang lebih rendah, suatu proses yang membiarkan kita menjadi sungguh-sungguh bebas tetapi mengorbankan rasa aman dan rasa memiliki.

b. Ciri Orang Yang Berfungsi
Suatu masyarakat yang tidak sehat atau sakit menciptakan permusuhan, kecurigaan, ketidakpercayaan dalam anggota-anggotanya dan merintangi pertumbuhan penuh dari setiap individu. Suatu masyarakat yang sehat membiarkan anggota-anggotanya mengembangkan cinta satu sama lain, menjadi produktif dan kreatif, mempertajam dan memperhalus tenaga pikiran dan objektivitasnya dan mempermudah timbulnya individu-individu yang berfungsi sepenuhnya.

Daftar Pustaka:
Lur Rochman Kholil, S.Ag., M.S.I. Kesehatan Mental: 2010, Purwokerto; Fajar Media Press
Diktat Kuliah Psikologi Pertumbuhan
Psikologi Umum 1:1996: Universitas Gunadarma

IMAS AMALIA
15509505
2PA03

Kepribadian Sehat ditinjau dari Aliran Psikoanalisa, Behaviouristik, Humanistik, Allport

1. Psikoanalisa
Menurut Freud, perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga subsistem dalam kepribadian manusia yang disebut id, ego dan superego.
Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia atau disebut juga pusat insting (hawa nafsu). Ada dua insting dominan yaitu : a) libido; yaitu insting reproduktif untuk tujuan-tujuan konstruktif. Insting ini disebut juga insting kehidupan atau eros misalnya, dorongan seksual, segala hal yang mendatangkan kenikmatan termasuk kasih ibu, pemujaan terhadap Tuhan dan cinta diri (narsisme); b) Thanatos, yaitu insting destruktif dan agresif. Insting ini disebut juga insting kematian. Id bergerak berdasarkan prinsip kesenangan, ingin segera memenuhi kebutuhannya. Id bersifat egoistis, tidak bermoral dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Walaupun Id mampu melahirkan keinginan, tetapi ia tidak mampu memuaskan keinginannya.
Ego berfungsi menjembatani tuntutan-tuntutan Id dengan realitas di dunia luar. Ego adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dan tuntutan rasional dan realistic. Egolah yang menyebabkan manusia mampu menundukkan hasrat hewaninya dan hidup sebagai wujud yang rasional. Ego bekerja sebagai prinsip realitas.
Superego adalah “polisi kepribadian” yang mewakili dunia ideal. Superego adalah hatio nurani yang merupakan internalisasi dari norma-norma social dan cultural masyarakatnya. Super ego akan memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tidak berlainan kea lam bawah sadar. Baik id maupun superego berada dalam bawah sadar manusia, sedangkan ego berada ditengah, antara memenuhi desakan id dan peraturan superego. Untuk mengatasi ketegangan, ia dapat menyerah pada tuntutan id, tetapi berarti dihukum superego dengan perasaan bersalah. Untuk menghindari ketegangan, konflik atau frustasi ego secara sadar lalu menggunakan mekanisme pertahanan ego, yaitu dengan mendistorsi realitas. Secara singkat, dalam psikoanalisis perilaku manusia merupakan interaksi antara komponen biologis, komponen psikologis dan komponen social atau unsur animal, rasional dan moral.

2. Behaviouristik
Behaviouralisme ingin menganalisis hanya perilaku yang nampak saja yang dapat di ukur, dilukiskan dan diramalkan. Teori kaum behaviouralisme lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena menurut mereka seluruh perilaku manusia, kecuali insting adalah hasil belajar. Behaviouralisme tidak mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; kaum behavioralis hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh factor-faktor lingkungan. Behaviourisme sangat banyak menetukan perkembangan psikologi, terutama dalam hal eksperimen-eksperimen.
Kemudian John Locke meminjam konsep ini, yang dikenal sebagai kaum empirisme. Menurut mereka, pada waktu lahir manusia tidak mempunyai warna mental. Warna ini didapat dari pengalaman. Pengalaman adalah jalan satu-satunya kearah penguasaan pengetahuan. Secara psikologis, ini berarti bahwa seluruh perilaku manusia, kepribadian dan temperamen ditentukan oleh pengalaman indrawi. Pikiran dan perasaan bukan penyebab perilaku manusia, tetapi disebabkan oleh perilaku masa lalu.

3. Humanistik
Psikologi humanistic dianggap sebagai revolusi ketiga dalam psikologi. Revolusi pertama dan kedua adalah psikoanalisa dan behaviourisme. Psikologi humanistic mengambil banyak dari psikoanalisa neo Freudian seperti Adler dan Jung serta banyak mengambil pemikiran dari fenomenologi dan eksistensialisalisme. Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subjektif. Setiap orang mengalami dunia dengan cara sendiri. Alam pengalaman setiap orang berbeda dari alam pengalaman orang lain. Jadi intisari dari psikologi humanism adalah bahwa pada keunikan manusia, pentingnya nilai dan makna, serta kemampuan manusia untuk mengembangkan dirinya. Pandangan psikologi humanism, pada intinya adalah setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi dimana dia menjadi pusat. Perilaku manusia bersifat pada konsep diri, yaitu persepsi manusia tentang karena melakukan sesuatu hal atau dalam mengungkapkan perasaannya, maka ia akan sering melakukannya.

4. Allport
Kepribadian-kepribadian yang matang tidak dikontol oleh trauma-trauma dan konflik-konflik masa kanak-kanak. Orang-orang yang neoristis terikat atau terjalin erat pada pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak, tetapi orang-orang yang sehat bebas dari paksaan-paksaan masa lampau. Orang-orang yang sehat dibimbing dan diarahkan oleh masa sekarang dan oleh intense-intensi kea rah masa depan dan antisipasi-antisipasi masa depan. Pandangan orang yang sehat adalah ke depan, kepada peristiwa-peristiwa kontemporer dan peristiwa-peristiwa yang akan datang dan tidak mundur kembali kepada peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak. Segi pandang yang sehat ini memberi jauh lebih banyak kebebasan dalam memilih dan bertindak. Allport percaya bahwa sama sekali tidak ada kesamaan-kesamaan fungsional antara orang yang neoristis dan orang yang sehat. Allport mengemukakan suatu jurang atau dikotomi diantara keduanya dan salah satu diantara tipe-tipe kepribadian itu tidak memperlihatkan salah satu diantara sifat-sifat dari yang lainnya. Dalam pandangan Allport, orang yang neoristis beroperasi dalam genggaman konflik-konflik dan pengalaman-pengalaman kanak-kanak dan kepribadian yang sehat berfungsi pada suatu taraf yang berbeda dan lebih tinggi.

Daftar Pustaka:

Lur Rochman Kholil, S.Ag., M.S.I. Kesehatan Mental: 2010, Purwokerto; Fajar Media Press
Diktat Kuliah Psikologi Pertumbuhan

IMAS AMALIA
15509505
2PA03