Minggu, 06 Mei 2012

Teori Rasional - Emotif Oleh Albert Ellis

Terapi Rasional – Emotif

TRE adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan jahat. Manusia kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir, mengatakan, mecintai, bergabung dengan orang lain serta tumbuh dan mengaktualkan diri. Akan tetapi, manusia juga memiliki kecenderungan-kecenderungan kea rah menghancurkan diri, menghindari pemikiran, berlambat-lambat, menyesali kesalahan-kesalahan secara tak berkesudahan, takhyul, intoleransi, perfeksionisme dan mencela diri serta menghindari pertumbuhan dan aktualisasi diri. Manusia pun berkecenderungan untuk terpaku pada pola-pola tingkah laku lama yang disfungsional dan mencari berbagai cara untuk terlibat dalam sabotase diri.
TRE menegaskan bahwa manusia memiliki sumber-sumber yang tak terhingga bagi aktualisasi diri potensi-potensi dirinya dan bisa mengubah ketentuan-ketentuan pribadi dan masyarakat. Menurut TRE manusia dilahirkan dengan kecenderungan untuk mendesakkan pemenuhan keinginan-keinginan, tuntutan-tuntutan, hasrat-hasrat dan kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Jika tidak segera mencapai apa yang diinginkannya, manusia mempermasalahkan dirinya sendiri ataupun orang lain.
Hal ini merefleksikan ketidakpuasannya terhadap pendekatan psikoanaliasa. TRE mengadakan pendekatan problem neurosis dengan cara langsung dan lurus dengan meyakinkan pasien terhadap hal yang tak rasional. Menurut Ellis, gangguan emosi adalah hasil dari berpikir tak logis. Tugas TRE adalah membuat pernyataan dari dalam tersebut menjadi eksplisit, menghadapi pasien dengan ketaklogisannya serta mendorong agar meninggalkan ketaklogisan tersebut.
TRE dan Teori Kepribadian
Pandangan TRE tentang manusia adalah sebagai berikut:
1. Neurosis yang didefinisikan sebagai “berpikir dan bertingkah laku irasional”, adalah suatu keadaan alami yang pada taraf tertentu menimpa kita semua. Keadaan ini berakar dalam pada kenyataan bahwa kita adalah manusia dan hidup dengan manusia-maanusia lain dalam masyarakat.
2. Psikopatologi awalnya dipelajari dan diperhebat oleh timbunan keyakinan-keyakinan irasional yang berasal dari orang-orang yang berpengaruh selama masa kanak-kanak. Secara aktif kita membentuk keyakinan-keyakinan keliru dengan proses-proses otosugesti dan repetisi diri. Oleh karena itu, sikap-sikap disfungsional hidup dan bekerja didalam diri kita lebih disebabkan oleh pengulangan pemikiran-pemikiran irasional yang diterimakan pada masa dini yang dilakukan oleh kita sendiri dari pada pengulangan yang dilakukan oleh orang tua.
3. Emosi-emosi adalah produk pemikiran manusia. Jika kita berpikir buruk tentang sesuatu, maka kita pun akan merasakan sesuatu itu sebagai hal yang buruk. Ellis menyatakan bahwa “gangguan emosi pada dasarnya terdiri atas kalimat-kalimat atau arti-arti yang keliru, tidak logis dan tidak bisa disahihkan, yang diyakini secara dogmatis, tanpa kritik terhadapnya dan orang yang terganggu beremosi atau bertindak sanpai ia sendiri kalah.
Ellis menyatakan bahwa “gangguan emosi pada dasarnya terdiri atas kalimat-kalimat atau arti-arti yang keliru, tidak logis dan tidak bisa disahihkan, yang diyakini secara dogmatis dan tanpa kritik dan terhadapnya, orang yang terganggu beremosi atau bertindak sampai ia sendiri kalah”. Contohnya “karena tingkah laku yang keliru dan kesalahan-kesalahanku, aku menjadi orang yang tak berharga, aku malu dan akupun menderita.
TRE berhipotesis bahwa karena kita tumbuh dalam masyarakat, kita cenderung menjadi korban dari gagasan-gagasan yang keliru, cenderung mereindoktrinasi dari gagasan-gagasan tersebut berulang-ulang dengan cara yang tidak dipikirkan dan autosugestif dan kita tetap mempertahankan gagasan-gagasan yang keliru itu dalam tingkah laku overt kita.

Teori A-B-C tentang Kepribadian
Teori A-B-C tentang kepribadian sangatlah penting bagi teori dan praktek TRE. A adalah keberadaan suatu fakta, suatu peristiwa, tingkah laku atau sikap seseorang. C adalah konsekuensi atau reaksi emosional seseorang, reaksi ini bisa layak dan bisa pula tidak layak. A (peristiwa yang mengaktifkan) bukan penyebab timbulnya C (konsekuensi emosional). B yaitu keyakinan individu tentang A yang menjadi penyebab C, yakni reaksi emosional.
Reaksi-reaksi emosional yang terganggu seperti depresi dan kecemasan diarahkan dan dipertahankan oleh sistem keyakinan yang meniadakan diri, yang berlandaskan gagasan-gagasan yang irasional yang telah dimasukkan oleh individu ke dalam dirinya. TRE berasumsi bahwa keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai irasional orang-orang berhubungan secara kausal dengan gangguan-gangguan emosional dan behavioralnya
Setelah A-B-C menyusul D, membahas bahwa pada dasarnyanD adalah penerapan metode ilmiah untuk membantu para klien menantang keyakinan-keyakinannya yang irasional yang telah mengakibatkan gangguan-gangguan emosi dan tingkah laku.
Psikoterapi rational – emotif mengadakan serangan yang disetujui bersama atas penaklukan diri dengan dua cara utama, yaitu:
1. Ahli terapi melayani sebagai propaganda yang lugu, yang secara langsung kontra dan menyangkal propaganda penaklukan diri serta ketakhyulan yang dipelajari oleh klien dan sekarang tertanam dalam dirinya.
2. Ahli terapi memberi semangat, membujuk serta mengarahkan pasien terjun kedalam beberapa kegiatan yang berfungsi sebagai biro atau agen propaganda berkekuatan melawan omong kosong yang dipercaya pasien.
Kedua kegiatan terapi utama tersebut secara sadar diperagakan dengan satu tujuan pokok dalam pikiran. Bahwa pada akhirnya menyebabkan pasien menanamkan filsafat rasional hidupnya, persis seperti waktu mempelajari dan menanamkan pandangan yang tak rasional.
Tujuan-tujuan Terapeutik
Menurut Ellis, tujuan utama psikoterapis yang lebih baik adalah menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi-verbalisasi diri mereka telah dan masih merupakan sumber utama dari gangguan-gangguan emosional yang dialami oleh mereka. TRE mendorong suatu reevaluasi filosofis dan ideologis berlandaskan asumsi bahwa masalah-masalah manusia berakar secara filosofis. Jadi, TRE tidak diarahkan semata-mata pada penghapusan gejala, tetapi untuk mendorong klien agar menguji secara kritis nilai-nilai dirinya yang paling dasar. TRE bergerak ke seberang penghapusan gejala, dalam arti tujuan utama proses terapeutik adalah membantu klien untuk membebaskan dirinya sendiri dari gejala-gejala yang dilaporkan dan yang tidak dilaporkan kepada terapis. Proses terapeutik terdiri atas penyembuhan irasionalitas dengan rasionalitas. Karena individu pada dasarnya adalah makhluk rasional dank arena sumber ketidakbahagiaannya adalah irasionalitas, maka individu bisa mencapai kebahagiaan dengan belajar berpikir rasional.


Daftar Pustaka

Gerald Corey.2007.Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi.penerbit=PT.Refika Aditama, kota = Bandung
Esential Psikoterapi.1993. Daniel Goleman, Kathleen Riordan Speeth.penerbit= Dahara Prize,kota : Semarang

Nama : Imas Amalia
NPM : 15509505
Kelas : 3PA03