Senin, 21 Februari 2011

Perilaku Asertif Pada Remaja

Pendahuluan

Kata Pengantar
Terima kasih kepada ibu dosen psikologi,temen-temen serta orang-orang yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.Kami penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Saya menerima semua kritik dan saran yang bertujuan untuk mengevaluasi dan memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Latar Belakang
Setiap remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah tanggung jawab pada remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki atau anak perempuan. Ada beberapa alasan adanya kesulitan itu. Pertama, sepanjang masa kanak-kanak masalah mereka sebagian diselesaikan oleh orangtua dan guru-guru sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja merasa diri mandiri sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru. Karena ketidakmampuan mereka untuk mengatasi masalahnya menurut cara yang mereka yakini banyak remaja akhirnya menemukan penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan.

Isi
Perilaku Asertif Pada Remaja
Dewasa ini hubungan antara perilaku asertif dan tanggung jawab pada remaja adalah ketika sesorang remaja dibebani oleh suatu perkara yang membutuhkan tanggung jawab hal ini menjadi sebuah pintu gerbang utama untuk menjadi seseorang yang siap dalam menghadapi masa dewasanya. Perlu adanya prilaku asertif dari remaja sekarang untuk mengambil keputusan.
Pola perilaku asertif dapat di pahami bila kita membandingkannya dengan dua gaya dalam merespon suatu situasi pasif dan agresif.
Perilaku pasif respon pasif bertujuan untuk menghindari konflik. Orang yang pasif tidak asertif akan mengatakan hal yang tidak sesuai dengan yang dipikirkan karena takut orang lain tidak setuju. Mereka meletakan kepentingan orang lain di atas dirinya. Dalam hubungan interpersonal mereka memiliki kecenderungan khawatir akan respon sikap orang lain terhadap dirinya sendiri dan juga orang yang pasif mungkin memandang diri sendiri sebagai korban dari manipulasi orang lain.
Perilaku Agresif bersifat menyerang orang-orang yang agresif mementingkan diri mereka sendiri tidak peduli akan pikiran, perasaan dan kebutuhan orang lain. Meskipun terdapat beberapa orang yang mengedapankan perilaku seperti ini, namun perilaku seperti ini tidak membangun hubungan yang intim-saling percaya.
Asertif berasal dari kata asing to assert yang berarti menyatakan dengan tegas. Asertivitas adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain. Dalam bersikap asertif, seseorang dituntut untuk jujur terhadap dirinya dan jujur pula dalam mengekspresikan perasaan, pendapat dan kebutuhan secara proporsional, tanpa ada maksud untuk memanipulasi, memanfaatkan atau pun merugikan pihak lainnya.

Perilaku asertif didefinisikan sebagai berikut

1. Perilaku Pasif
Respon pasif bertujuan untuk menghindari konflik dengan cara apapun. Orang yang pasif atau tidak asertif akan mengatakan hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang mereka pikirkan karena takut orang lain tidak setuju. Individu yang pasif ‘bersembunyi’ dari orang lain dan menunggu orang lain memulai percakapan. Mereka meletakkan kepentingan atau keinginan orang lain diatas dirinya. Dalam suatu hubungan dengan orang lain, mereka cenderung gelisah, khawatir bagaimana orang lain akan bereaksi kepada mereka dan memiliki kebutuhan yang tinggi untuk disetujui. Masalah akan muncul ketika orang yang bersifat pasif secara rahasia merasa marah dan benci kepada orang lain. Orang yang pasif mungkin memandang diri mereka sendiri sebagai korban manipulasi oleh orang lain. Cara pandang yang seperti inilah merusak kepercayaan diri mereka.

2. Perilaku Agresif
Pada suatu situasi konflik, orang yang agresif ingin selalu “menang” dengan cara mendominasi atau mengintimidasi orang lain. Orang yang agresif memajukan kepentingannya sendiri atau sudut pandangnya sendiri tetapi tidak peduli atau “kejam” terhadap perasaan, pemikiran, dan kebutuhan orang lain. Cara agresi ini sering berhasil karena orang lain mengalah untuk menghindari konflik yang lebih buruk atau berkepanjangan. Karena perilaku agresif dapat memberikan efek yang menguntungkan dalam jangka pendek, seseorang bisa enggan untuk tidak menggunakan strategi yang agresif. Seringkali orang-orang yang cenderung untuk menggunakan strategi agresif untuk mencapai tujuannya, memiliki sudut pandang yang menyimpang misalnya bahwa mereka merasa dirinya terus menerus dalam situasi yang terancam, diserang secara personal, atau merasa diganggu oleh orang lain yang menghalangi usahanya. Individu seperti itu mudah marah dan frustasi. Mereka nampaknya percaya bahwa mereka seharusnya tidak merasakan frustasi. Bukannya secara rasional menganggap suatu kejadian sebagai kekecewaan, orang yang agresif meresponnya dengan kemarahan. Bukannya membantu menyelesaikan masalah, mereka malah “meluapkan apa yang ada di dalam dada” meningkatkan kemarahan dan serangan. Pada awalnya orang lain mungkin menyerah akibat intimidasi oleh individu yang
bersikap agresif, mereka juga bisa bertindak dengan cara yang halus untuk membalas.
Sebagai contoh, pasien yang merasa tidak diperlakukan dengan baik pada suatu apotek mungkin tidak akan kembali ke apotek tersebut dan mungkin memberitahukan teman-temannya mengenai pengalaman buruknya. Para pekerja yang merasa putus asa dan dinilai rendah dapat mensabotase tujuan atasan mereka dengan cara yang beragam dan tidak langsung. Jadi, individu agresif mungkin memenangkan suatu pertarungan pribadi antar-individu dalam jangka pendek, tetapi perilakunya ini sering membawa konsekuensi negatif dalam jangka panjang. Sayangnya, banyak aspek budaya kita (media, televisi, film, dan politisi) yang mendukung pemikiran bahwa cara untuk mencapai apa yang diinginkan adalah dengan menggunakan perilaku agresif. Anda memaksakan kepentingan pribadi anda tanpa memperhatikan perspektif individu lain. Meskipun seseorang mungkin memperoleh tujuan pribadi mereka dengan menggunakan pendekatan agresif, strategi ini tidak membangun hubungan yang saling percaya, yang merupakan unsur utama dalam bekerja dengan pasien dan orang lain pada pekerjaan profesional kita. Jadi, agar lebih efektif dalam jangka panjang, Anda harus belajar bagaimana memfokuskan energi anda untuk menggunakan perilaku yang asertif dan bukan agresif.

3. Perilaku Asertif
Perilaku asertif adalah menyatakan secara langsung suatu ide, opini, dan keinginan. Tujuan perilaku asertif adalah untuk mengkomunikasikan sesuatu pada suasana saling percaya. Konflik yang muncul dihadapi dan solusi dicari yang menguntungkan semua pihak. Individu yang asertif memulai komunikasi dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat menyampaikan kepedulian dan rasa penghargaan mereka terhadap orang lain. Tujuan komunikasi ini adalah untuk mengungkapkan pendapat diri sendiri dan untuk menyelesaikan masalah interpersonal tanpa merusak suatu hubungan. Perilaku asertif mengharuskan kita untuk menghormati orang lain sebagaimana kita menghormati diri sendiri.
Faktor penting untuk menjadi individu asertif adalah kemampuan untuk bertindak secara konsisten sesuai standar yang kita miliki untuk perilaku kita sendiri. Ketika kita mengatakan kepada diri kita sendiri bahwa orang lain “membuat” kita merasa atau bertindak dengan cara tertentu, kita tidak bertanggung jawab terhadap perilaku kita sendiri. Bukannya mengubah diri sendiri, kita mencoba (tanpa kekuasaan) membuat orang lain untuk berubah. Namun satu-satunya kekuasaan yang kita miliki untuk menghasilkan suatu perubahan pada hubungan apapun adalah mengubah perilaku kita sendiri.
Penelitian membuktikan bahwa dibutuhkan beberapa keterampilan untuk dapat berkomunikasi secara asertif. Termasuk untuk memulai dan memelihara percakapan, mendorong perilaku asertif pada orang lain, merespon kritik dengan tepat, menyampaikan umpan balik negatif yang dapat diterima, mengungkapkan penghargaan atau kegembiraan, membuat permintaan, memberi batasan atau menolak permintaan, menyampaikan kepercayaan/keyakinan diri secara verbal dan non-verbal, dan mengungkapkan pendapat dan perasaan dengan tepat.

Teknik – Teknik Dalam Bertindak Asertif

1. Memberikan Umpan Balik
Memberikan umpan balik yang jujur ketika anda mendapat reaksi yang negatif karena perilaku orang lain memang sulit dilakukan tanpa menyakiti perasaan. Sering kali memperbaiki hubungan anda dalam waktu jangka panjang. Anda harus menyatakan bahwa anda telah kecewa pada apa yang mereka lakukan.
2. Meminta Umpan Balik dari Orang Lain
Kita perlu berlatih memberikan umpan balik dengan cara yang tepat, kita juga perlu mengundang umpan balik dari orang lain untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal kita.
3. Menentukan Batasan
Bertindak asertif dalam menetukan batasan berarti anda mengampil tanggung jawab untuk keputusan yang anda ambil mengenai bagaimana menghabiskan sumber daya pribadi anda tanpa merasa marah kepada orang lain.
4. Membuat Permintaan
Meminta sesuatu yang anda inginkan dari orang lain secara langsung juga diperlukan pada hubungan yang sehat. Kita harus percaya bahwa orang lain akan dapat merespon permintaan kita secara asertif, termasuk berkata “tidak”. Jadi, kita tidak perlu bereaksi berlebihan ketika seseorang menolak permintaan kita dengan cara yang asertif.
5. Berlaku Persisten
Salah satu aspek penting dalam perilaku asertif adalah persisten untuk menjamin bahwa hak-hak anda dihargai. Sering ketika kita telah menentukan batasan atau telah berkata “tidak’, kemudian orang-orang tersebut akan membujuk untuk mengubah pikiran. Jika kita mengulangi lagi menyatakan keputusan kita dengan santai, kita telah bertindak asertif tanpa menjadi agresif dan tanpa menyerah. Respon ini, mengulangi menyatakan keputusan tadi dengan santai. Respon seperti ini akan menghentika bahkan orang yang paling manipulatif, tanpa menimbulkan rasa bersalah atau meningkatkan konflik.


6. Membingkai Kembali
Bingkai adalah jalan pintas kognitif yang digunakan orang untuk membuat suatu informasi yang kompleks menjadi masuk akal.

7. Mengabaikan Provokasi
Konflik interpersonal antara profesional-profesional di bidang kesehatan sering ditandai dengan perebutan kekuasaan dan otonomi. Mengabaikan komentar yang bersifat mencela dari orang lain dan tetap fokus pada penyelesaian masalah dapat menjaga konflik agar tidak meningkat ke arah yang dapat merusak hubungan.

8. Merespon Kritik
Mulai mengatasi kritik dengan layak adalah dengan menantang kepercayaan irasional yang mendasarinya yang mengakibatkan kita takut tidak diakui oleh orang lain.

Dasar Teori
Pelatihan untuk membangun perilaku asertif dan teori-teori mengenai bagaimana orang merespon dengan cara pasif atau agresif didasarkan pada teori kognitif dan psikologi tingkah laku. Pakar tingkah laku percaya bahwa respon pasif atau agresif mendapat dukungan atau penghargaan sehingga cara merespon demikian menjadi lebih banyak digunakan. Perilaku agresif sering berhasil dalam jangka pendek, karena orang lain merasa terintimidasi dan membiarkan orang yang agresif mendapatkan apa yang mereka inginkan. Perilaku pasif diperkuat ketika suatu individu dapat kabur atau bahkan menghindari konflik dan dengan demikian dapat terlepas dari kegelisahan yang menyertai konflik tersebut. Teori kognitif percaya bahwa pengertian dan kepercayaan yang tidak tepat mengenai cara merespon konflik secara pasif atau agresif yang membuat orang tidak mendukung perilaku asertif.

Sumber
Http://book.store.co.id/kesehatanmental-konsepdanperilakuasertif.Buku7787.html
Http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/1854941-kesehatan-mental-remaja/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar