Senin, 07 Maret 2011

Kepribadian Sehat ditinjau dari Aliran Psikoanalisa, Behaviouristik, Humanistik, Allport

1. Psikoanalisa
Menurut Freud, perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga subsistem dalam kepribadian manusia yang disebut id, ego dan superego.
Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia atau disebut juga pusat insting (hawa nafsu). Ada dua insting dominan yaitu : a) libido; yaitu insting reproduktif untuk tujuan-tujuan konstruktif. Insting ini disebut juga insting kehidupan atau eros misalnya, dorongan seksual, segala hal yang mendatangkan kenikmatan termasuk kasih ibu, pemujaan terhadap Tuhan dan cinta diri (narsisme); b) Thanatos, yaitu insting destruktif dan agresif. Insting ini disebut juga insting kematian. Id bergerak berdasarkan prinsip kesenangan, ingin segera memenuhi kebutuhannya. Id bersifat egoistis, tidak bermoral dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Walaupun Id mampu melahirkan keinginan, tetapi ia tidak mampu memuaskan keinginannya.
Ego berfungsi menjembatani tuntutan-tuntutan Id dengan realitas di dunia luar. Ego adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dan tuntutan rasional dan realistic. Egolah yang menyebabkan manusia mampu menundukkan hasrat hewaninya dan hidup sebagai wujud yang rasional. Ego bekerja sebagai prinsip realitas.
Superego adalah “polisi kepribadian” yang mewakili dunia ideal. Superego adalah hatio nurani yang merupakan internalisasi dari norma-norma social dan cultural masyarakatnya. Super ego akan memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tidak berlainan kea lam bawah sadar. Baik id maupun superego berada dalam bawah sadar manusia, sedangkan ego berada ditengah, antara memenuhi desakan id dan peraturan superego. Untuk mengatasi ketegangan, ia dapat menyerah pada tuntutan id, tetapi berarti dihukum superego dengan perasaan bersalah. Untuk menghindari ketegangan, konflik atau frustasi ego secara sadar lalu menggunakan mekanisme pertahanan ego, yaitu dengan mendistorsi realitas. Secara singkat, dalam psikoanalisis perilaku manusia merupakan interaksi antara komponen biologis, komponen psikologis dan komponen social atau unsur animal, rasional dan moral.

2. Behaviouristik
Behaviouralisme ingin menganalisis hanya perilaku yang nampak saja yang dapat di ukur, dilukiskan dan diramalkan. Teori kaum behaviouralisme lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena menurut mereka seluruh perilaku manusia, kecuali insting adalah hasil belajar. Behaviouralisme tidak mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; kaum behavioralis hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh factor-faktor lingkungan. Behaviourisme sangat banyak menetukan perkembangan psikologi, terutama dalam hal eksperimen-eksperimen.
Kemudian John Locke meminjam konsep ini, yang dikenal sebagai kaum empirisme. Menurut mereka, pada waktu lahir manusia tidak mempunyai warna mental. Warna ini didapat dari pengalaman. Pengalaman adalah jalan satu-satunya kearah penguasaan pengetahuan. Secara psikologis, ini berarti bahwa seluruh perilaku manusia, kepribadian dan temperamen ditentukan oleh pengalaman indrawi. Pikiran dan perasaan bukan penyebab perilaku manusia, tetapi disebabkan oleh perilaku masa lalu.

3. Humanistik
Psikologi humanistic dianggap sebagai revolusi ketiga dalam psikologi. Revolusi pertama dan kedua adalah psikoanalisa dan behaviourisme. Psikologi humanistic mengambil banyak dari psikoanalisa neo Freudian seperti Adler dan Jung serta banyak mengambil pemikiran dari fenomenologi dan eksistensialisalisme. Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subjektif. Setiap orang mengalami dunia dengan cara sendiri. Alam pengalaman setiap orang berbeda dari alam pengalaman orang lain. Jadi intisari dari psikologi humanism adalah bahwa pada keunikan manusia, pentingnya nilai dan makna, serta kemampuan manusia untuk mengembangkan dirinya. Pandangan psikologi humanism, pada intinya adalah setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi dimana dia menjadi pusat. Perilaku manusia bersifat pada konsep diri, yaitu persepsi manusia tentang karena melakukan sesuatu hal atau dalam mengungkapkan perasaannya, maka ia akan sering melakukannya.

4. Allport
Kepribadian-kepribadian yang matang tidak dikontol oleh trauma-trauma dan konflik-konflik masa kanak-kanak. Orang-orang yang neoristis terikat atau terjalin erat pada pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak, tetapi orang-orang yang sehat bebas dari paksaan-paksaan masa lampau. Orang-orang yang sehat dibimbing dan diarahkan oleh masa sekarang dan oleh intense-intensi kea rah masa depan dan antisipasi-antisipasi masa depan. Pandangan orang yang sehat adalah ke depan, kepada peristiwa-peristiwa kontemporer dan peristiwa-peristiwa yang akan datang dan tidak mundur kembali kepada peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak. Segi pandang yang sehat ini memberi jauh lebih banyak kebebasan dalam memilih dan bertindak. Allport percaya bahwa sama sekali tidak ada kesamaan-kesamaan fungsional antara orang yang neoristis dan orang yang sehat. Allport mengemukakan suatu jurang atau dikotomi diantara keduanya dan salah satu diantara tipe-tipe kepribadian itu tidak memperlihatkan salah satu diantara sifat-sifat dari yang lainnya. Dalam pandangan Allport, orang yang neoristis beroperasi dalam genggaman konflik-konflik dan pengalaman-pengalaman kanak-kanak dan kepribadian yang sehat berfungsi pada suatu taraf yang berbeda dan lebih tinggi.

Daftar Pustaka:

Lur Rochman Kholil, S.Ag., M.S.I. Kesehatan Mental: 2010, Purwokerto; Fajar Media Press
Diktat Kuliah Psikologi Pertumbuhan

IMAS AMALIA
15509505
2PA03

Tidak ada komentar:

Posting Komentar