Senin, 07 Maret 2011

Kepribadian Sehat Menurut Rogers, Maslow, Fromm

1. Carl Rogers
a. Perkembangan Kepribadian ‘Self’
Apabila orang-orang bertanggung jawab terhadap kepribadian mereka sendiri dan mampu memperbaikinya, maka mereka harus menjadi makhluk yang sadar dan rasional. Rogers percaya bahwa orang-orang dibimbing oleh persepsi sadar mereka sendiri tentang diri mereka dan dunia sekitar mereka bukan oleh kekuatan-kekuatan tak sadar yang tidak dapat mereka kontrol. Kriterium terakhir seseorang adalah pada pengalaman sadarnya sendiri dan pengalaman itu memberikan kerangka intelektual dan emosional dimana kepribadian terus-menerus tumbuh.

b. Peranan Positif Regard
Positive regard adalah suatu kebutuhan yang memaksa dan merembes, dimiliki oleh semua manusia, setiap anak terdorong untuk mencari positive regard. Akan tetapi tidak semua anak menemukan kepuasan yang cukup akan kebutuhan ini. Anak puas kalau dia menerima kasih saying, cinta dan persetujuan dari orang lain, tetapi dia kecewa kalau dia menerima celaan dan kurang mendapat cinta dan kasih saying. Apakah anak itu akan tumbuh menjadi suatu kepribadian yang sehat tergantung pada sejauh manakah kebutuhan akan positive regard ini dipuaskan dengan baik.

c. Ciri Orang Yang Berfungsi
Manusia yang rasional dan sadar, tidak dikontrol oleh peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak, seperti pembiasaan akan kebersihan (toilet training), penyapihan yang lebih cepat atau pengalaman-pengalaman seks sebelum waktunya. Dalam masa kecil anak mulai membedakan atau memisahkan salah satu segi pengalamannya dari semua yang lain-lainnya. Segi ini adalah diri dan itu digambarkan dengan bertambahnya penggunaan kata “aku” dan “kepunyaanku”. Anak itu mengembangkan kemampuan untuk membedakan antara apa yang menjadi milik atau bagian dari dirinya dan semua benda lain yang dilihat, didengar, diraba dan diciumnya ketika dia mulai membentuk suatu lukisan dan gambaran tentang siapa dia. Dengan kata lain, anak itu mengembangkan suatu “pengertian diri” (self concept).



2. Abraham Maslow
a. Perkembangan Kepribadian ‘Self’
Maslow berpendapat, bahwa manusia memiliki hierarki kebutuhan yang dimulai dari kebutuhan jasmaniah yang paling asasi sampai dengan kebutuhan tertinggi yakni kebutuhan estetis. Kebutuhan jasmaniah seperti makan, minum, tidur dan sex menuntut sekali untuk dipuaskan. Apabila kebutuhan ini terpuaskan, maka munculah kebutuhan keamanan seperti kebutuhan kesehatan dan kebutuhan terhindar dari bahaya dan bencana. Kebutuhan untuk memiliki cinta dan kasih, seperti dorongan untuk memiliki kawan dan bekeluarga, kebutuhan untuk menjadi anggota kelompok dan sebagainya. Ketidak mampuan seseorang ini dapat mendorong seseorang dapat berbuat lain untuk memperoleh pengakuan dan perhatian. Apabila seseorang telah dapat memenuhi semua kebutuhan yang tingkatannya lebih rendah tadi, maka motivasi lalu diarahkan kepada terpenuhinya kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengembangkan potensi atau bakat dan kecenderungan tertentu.

b. Ciri Orang Yang Berfungsi
Apabila kebutuhan-kebutuhan fisiologis kita dipenuhi maka kita didorong oleh kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi kebutuhan-kebutuhan akan jaminan, stabilitas, perlindungan, ketertiban, bebas dari ketakutan dan kecemasan. Maslow percaya bahwa kita semua membutuhkan sedikit banyak sesuatu yang bersifat rutin dan dapat diramalkan. Ketidakpastian sulit dipertahankan, karena itu kita berusaha mencapai sebanyak mungkin jaminan, perlindungan, ketertiban menurut kemampuan kita.


3. Erich Fromm
a. Perkembangan Kepribadian ‘Self’

Fromm melukiskan hakikat keadaan manusia sebagai kesepian dan ketidakberatian. (Pendirian ini tidak pesimistis, walaupun sepintas lalu kelihatannya pesimistis). Dia berbicara tentang pembagian eksistensial dan pembagian historis dalam kodrat manusia sebagai akibat dari evolusi kita dari binatang-binatang yang lebih rendah, suatu proses yang membiarkan kita menjadi sungguh-sungguh bebas tetapi mengorbankan rasa aman dan rasa memiliki.

b. Ciri Orang Yang Berfungsi
Suatu masyarakat yang tidak sehat atau sakit menciptakan permusuhan, kecurigaan, ketidakpercayaan dalam anggota-anggotanya dan merintangi pertumbuhan penuh dari setiap individu. Suatu masyarakat yang sehat membiarkan anggota-anggotanya mengembangkan cinta satu sama lain, menjadi produktif dan kreatif, mempertajam dan memperhalus tenaga pikiran dan objektivitasnya dan mempermudah timbulnya individu-individu yang berfungsi sepenuhnya.

Daftar Pustaka:
Lur Rochman Kholil, S.Ag., M.S.I. Kesehatan Mental: 2010, Purwokerto; Fajar Media Press
Diktat Kuliah Psikologi Pertumbuhan
Psikologi Umum 1:1996: Universitas Gunadarma

IMAS AMALIA
15509505
2PA03

Tidak ada komentar:

Posting Komentar