Minggu, 27 Maret 2011

Post Traumatic Stress Disorder

Bencana alam yang menimpa negara Jepang yang terjadi pada tanggal 11 Maret 2011 pukul 15.00 waktu Tokyo telah terjadi gempa bumi berkekuatan 8,9 SR yang berpusat dikedalaman 24,3 km sekitar 130 km disebelah timur Sendai di pulau utama Honshu dan disusul dengan Tsunami. Bencana ini diperkirakan telah memakan korban sebanyak 2000 jiwa. Korban bencana tersebut disinyalir mengalami Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) yaitu gangguan stress atau tekanan dari suatu peristiwa luar biasa yang dihadapi oleh setiap individu dimasa lalu yang dapat berakibat kecemasan.
Definisi Post Traumatic Stress Disorder
Gangguan Stress Pasca Trauma (Post Traumatic Stress Disorder) adalah reaksi maladaptif yang berkelanjutan terhadap suatu pengalaman traumatis. Pengalaman traumatis ini merupakan pengalaman luar biasa yang mencekam, mengerikan, dan mengancam jiwa seseorang, seperti peperangan, korban perkosaan, keorban kecelakaan hebat dan orang-orang yang telah menjadi saksi dari hancurnya rumah-rumah dan lingkungan hidup mereka oleh bencana alam, atau oleh bencana teknologis seperti tabrakan kereta api atau kecelakaan pesawat dan sebagainya.
Gangguan Stress Pasca Trauma ini kemungkinan berlangsung berbulan-bulan, bertahun-tahun atau sampai beberapa dekade dan mungkin baru muncul setelah beberapa bulan atau tahun setelah adanya pemaparan terhadap peristiwa traumatis. Individu akan didiagnosa mengalami PTSD bila setelah periode yang cukup panjang, ia tak mampu kembali ke fungsinya yang semula, dan terus dicekam oleh pengalaman-pengalaman mengganggu
Kerentanan terjadinta Post Traumatic Stress Disorder pada individu sangat tergantung pada beberapa faktor seperti resiliensi dan kerentanan terhadap efek trauma, riwayat penganiayaan seksual masa anak-anak, keparahan trauma, derajat pemaparan, ketersediaan dukungan sosial, penggunaan respon coping aktif dalam menghadapi stresor traumatis, dan perasaan malu. Dalam kaitannya dengan gender, perempuan lebih banyak mengembangkan

PTSD sebagai respon terhadap trauma meskipun pria juga sering dihadapkan pada pengalaman traumatis.
Symtom
Symtomps yang muncul pada Post Traumatic Stress disorder meliputi:
1.Ingatan atau bayangan mencengkeram tentang trauma, atau merasa seperti kejadian terjadi kembali ("Flashbacks")
2.Respon-respon fisik seperti dada berdebar, munculnya keringat dingin, lemas tubuh atau sesak nafas saat teringat atau berada dalam situasi yang mengingatkan pada kejadian
3.Kewaspadaan berlebih, kebutuhan besar untuk menjaga dan melindungi diri
4.Mudah terbangkitkan ingatannya bila ada stimulus atau rangsang yang berasosiasi dengan trauma (lokasi, kemiripan fisik atau suasana, suara dan bau, dan sebagainya).
Pada beberapa orang dapat terjadi:
1.Mimpi buruk, gangguan tidur
2.Gangguan makan: mual dan muntah, kesulitan makan, atau justru kebutuhan sangat meningkat untuk mengkonsumsi makanan
3.Ketakutan, merasa kembali berada dalam bahaya
4.Kesulitan mengendalikan emosi atau perasaan, misalnya menjadi sensitif, cepat marah, tidak sabar
5.Kesulitan untuk berkonsentrasi atau berpikir jernih.

Etiologi
1.Etiologi Psikoanalisis
Bisa disebabkan pengalaman masa lalu yang tanpa disadari individu telah membuat individu menjadi trauma dan cemas berlebihan. Dengan kata lain, ada konflik – konflik tak sadar yang tetap tinggal tersembunyi dan merembes ke syaraf kesadaran.
2.Etiologi Kognitif
Adanya cara berpikir yang terdistorsi dan disfungsional, bisa meliputi beberapa hal seperti : prediksi berlebihan terhadap rasa takut, keyakinan yang self – defeating atau irasional, sensitiviras berlebihan terhadap ancaman, sensitivitas kecemasan, salah mengatribusikan sinyal – sinyal tubuh,serta self – efficacy yang rendah
3.Etiologi berdasarkan pendekatan behavioral
Etiologi terjadinya PTSD dapat dijelaskan dengan menggunakan pendekatan behavioral dengan kerangka pikir conditioning. Dalam perspektif classical Conditioning, pengalaman traumatis berfungsi sebagai stimulus tak terkondisi yang dipasangkan dengan stimulus netral seperti sesuatu yang dilihat, suara, dan bau yang diasosiasikan dengan gambaran trauma. Pemaparan terhadap stimuli yang sama atau hampir sama memunculkan kecemasan yang diasosiasikan dengan PTSD
Pengobatan bisa termasuk psikoterapi (mendukung dan melakukan terapi) dan pemberian obat antidepresan. Pengobatan memerlukan psikoterapi (termasuk terapi kontak) dan terapi obat. Karena sering kegelisahan hebat yang dihubungkan dengan kenangan yang menggoncangkan jiwa, psikoterapi mendukung memainkan tugas yang teramat penting pada pengobatan. Ahli terapi secara terbuka berempati dan bersimpati dalam mengenal rasa sakit psikologis. Ahli terapi menenteramkan orang bahwa respon mereka nyata tetapi menganjurkan mereka menghadapi kenangan mereka (sebagai bentuk terapi kontak).
Mereka juga diajar cara untuk kegelisahan kontrol, yang menolong memodulasi dan mengintegrasikan kenangan menyiksa ke dalam kepribadian mereka. Psikoterapi insight-oriented bisa membantu orang yang merasa merasa bersalah memahami mengapa mereka menghukum diri mereka sendiri dan membantu menghilangkan perasaan bersalah. Obat antidepresi kelihatannya memberikan beberapa keuntungan. Gangguan stress posttraumatic kronis bisa tidak hilang tetapi seringkali sangat berkurang seiring waktu bahkan tanpa pengobatan. Meskipun demikian, beberapa orang menjadi cacat tetap dengan gangguan tersebut.

Ada dua macam terapi pengobatan yang dapat dilakukan penderita PTSD, yaitu dengan menggunakan farmakoterapi dan psikoterapi. Pengobatan farmakoterapi dapat berupa terapi obat hanya dalam hal kelanjutan pengobatan pasien yang sudah dikenal. Pengobatan psikoterapi. Para terapis yang sangat berkonsentrasi pada masalah PTSD percaya bahwa ada tiga tipe psikoterapi yang dapat digunakan dan efektif untuk penanganan PTSD, yaitu: anxiety management, cognitive therapy, exposure therapy .

Daftar Pustaka:

Http://www.e-psikologi.com/epsi/klinis_detail.asp?id=575
Http://technurlogy.wordpress.com/2010/05/31/post-traumatic-disorder-gangguan-stres-pascatrauma/

IMAS AMALIA
15509505
2PA03

Tidak ada komentar:

Posting Komentar