Minggu, 11 Desember 2011

Bukan Kamu

Jodohku bukan kamu
Karna Tuhan tidak merestui
Jodohku bukan kamu
Karna rasa sudah lama hilang
Jodohku bukan kamu
Karna Tuhan menyimpan lelaki untukku
Jodohku bukan kamu
Karna kamu tidak baik untukku
Jodohku bukan kamu
Karna Tuhan lebih tau siapa jodohku

Selasa, 04 Oktober 2011

Makalah Psikologi Lintas Budaya (Softskill)


Kebudayaan Indis





Nama Kelompok :

1. Ardella Yundhalisna 14509825

2. Ardiaz Azhar 14509405

3. Imas Amalia 15509505

4. Nungky Winanda 16509694

5. Putri Kanti 10509079

6. Putri Maharani 16509271

Kelas : 3PA03

UNIVERSITAS GUNADARMA

2011






PENDAHULUAN

Kebudayaan pada perkembangannya di era globalisasi ini seolah dikalahkan oleh adanya kemajuan tekhnologi yang dapat menghadirkan berbagai macam corak kesenian dan setidaknya hal itulah yang dirasakan masyarakat di masa sekarang ini. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut didukung pula oleh arus globalisasi ,yang seharusnya di imbangi dengan berkembangnya kebudayaan kesenian asli sehingga dapat berjalan seiring dan ikut pula mewarnai masuknya kebudayaan – kebudayaan asing yang bertumbuh cukup subur di negeri kita, sejalan dengan Repelita di bidang kebudayaan.

Walaupun teknologi di era globalisasi ini merupakan faktor dominan dalam kultur kehidupan manusia masa kini dan juga merupakan ketergantungan yang hebat , namun sebaliknya kita harus dapat mewarnai era globalisasi ini dengan di kembangkannya kebudayaan negeri sendiri.

Kebudayaan dan gaya hidup Indis merupakan suatu fenomena historis, yaitu sebagai bukti hasil kreativitas kelompok atau golongan masyarakat pada masa kekuasaan Hindia Belanda, baik dalam menghadapi tantangan hidup tradisional Jawa maupun gaya Belanda di negeri Belanda. Tepat kiranya pendapat Adolph S. Tomars dalam tulisannya yang berjudul Class System and the Arts yang menjelaskan bahwa hadirnya golongan masyarakat tertentu pasti akan melahirkan pula seni dan budaya tertentu. Dengan menerapkan konsep Tomars ini, penulis memiliki landasan sosiologis yang kuat bahwa golongan masyarakat Indis telah melahirkan pula kebudayaan Indis.

TINJAUAN PUSTAKA (TEORI)

Teori Kebudayaan

Teori kebudayaan dapat digunakan untuk keperluan praktis, memperlancar pembangunan masyarakat, di satu sisi pengetahuan teoritis tentang kebudayaan dapat mengembangkan sikap bijaksana dalam menghadapi serta menilai kebudayaan-kebudayaan yang lain dan pola perilaku yang bersumber pada kebudayaan sendiri.Menurut Wilhelm dilthey dan Heinrich Rickert mereka membagi ilmu pengetahuan ke dalam dua bagian, yaitu Naturwissenschaften (ilmu pengetahuan alam) dimana dalam proses penelitiannya berupaya untuk menemukan hukum-hukum alam sebagai sumber dari fenomena alam. Hal lain adalah Geisteswissenschaften (ilmu pengetahuan batin)atau oleh Rickert disebut dengan Kulturwissenschaften (ilmu pengetahuan budaya) dimana dalam tipe pengetahuan ini lebih menekankan pada upaya mencari tahu apa yang ada dalam diri manusia baik sebagai mahluk sosial maupun mahuk individu.

Berbicara tentang kebudayaan maka tidak bisa terlepas dari peradaban. Berikut ini beberapa dimensi dari peradaban, diantaranya, pertama, Adanya kehidupan kota yang berada pada tingkat perkembangan lebih „tinggi dibandingkan dengan keadaan perkembangan didaerah pedesaan. Kedua, Adanya pengendalian oleh masyarakat dari dorongan-dorongan elementer manusia dibandingkan dengan keadaan tidak terkendalinya atau pelampiasan dari dorongan-dorongan itu. Dalam memahami kebudayaan kita tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip dasarnya. de Saussure merumuskan setidaknya ada tiga prinsip dasar yang penting dalammemahami kebudayaan, yaitu:

A. Tanda (dalam bahasa) terdiri atas yang menandai (signifiant, signifier, penanda) dan yang ditandai (signifié, signified, petanda).

B. Gagasan penting yang berhubungan dengan tanda menurut Saussure adalah tidak adanya acuan ke realitas obyektif. Tanda tidak mempunyai nomenclature. menentukan bagaimana unsur-unsur realitas obyektif diberikan signifikasi ataukebermaknaan sesuai dengan konsep yang terekam.

C. Permasalahan yang selalu kembali dalam mengkaji masyarakat dan kebudayaan adalah hubungan antara individu dan masyarakat. Untuk bahasa, menurut Saussure ada langue dan parole (bahasa dan tuturan).

Sebenarnya konteks teori kebudayaan dapat berubah ubah sesuai konteks zaman yang dialami sekarang ini.Mungkin ada beberapa tokoh yang mengemukakan tentang kebudayaan, antara lain :

A. Prof.Koentjaraningrat, menurut dia kebudayaan adalah keseluruhan dari system gagasan,system manusia,milik bersama,proses dalam belajar.

B. Havilland, menurut dia kebudayaan adalah aturan atau norma,pedoman berprilaku,milik bersama,dan proses dalam belajar.

PEMBAHASAN

BAB I

Awal Kehadiran Orang Belanda

Pada abad ke-16, orang Belanda datang ke Indonesia hanya untuk berdagang, tetapi kemudian menjadi penguasa di Indonesia. Pada awal kehadirannya, mereka mendirikan gudang-gudang (pakhuizen) untuk menimbun barang dagangan yang berupa rempah-rempah. Gudang-gudang itu berlokasi di Banten, Jepara, dan Jayakarta. Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), yang memiliki modal besar untuk mendirikan gudang penyimpan barang dagangan dan kantor dagang, kemudian memperkuatnya sebagai benteng pertahanan sekaligus sebagai tempat tinggal.

Sebelum kekuasaan VOC runtuh, pembangunan kota Batavia dilaksanakan dengan meniru kota-kota di negeri Belanda, dan diperkuat dengan perbentengan. Jan Pieterzoon Coen, yang hadir di Batavia pada 1619, mendirikan kota Batavia yang diawali dengan membangun gudang penyimpan barang dagangan (pakhuis), yang kemudian diperkuat dengan perbentengan. Gubernur Jenderal Valckenier (1737-1741) adalah pejabat tertinggi terakhir yang tinggal di dalam benteng. Para pejabat tinggi VOC membangun rumah-rumah peristirahatan dan taman yang luas, yang lazim disebut landhuis. Tujuh unsur universal budaya yang merupakan campuran unsure budaya Belanda dan budaya Pribumi inilah yang disebut kebudayaan Indis.

Politik liberal yang diberlakukan oleh pemerintah colonial pada 1870, ditambah dengan berkembangnya banyak perusahaan swasta di bidang perkebunan, pelayaran, perbankan, dan perkeretaapian, memerlukan banyak tenaga terampil. Pada saat itulah berkembang percampuran gaya hidup Belanda dan Jawa yang di sebut gaya hidup Indis.

Kata “Indis” dalam tulisan ini berasal dari bahasa Belanda “Nederlandsch Indie” atau Hindia Belanda, yaitu nama daerah jajahan Belanda di seberang lautan yang secara geografis meliputi jajahan di kepulauan yang di sebut Nederlandsch Oost Indie.

Kebudayaan dan gaya hidup Indis merupakan satu fenomena historis karena menghasilkan karya budaya yang ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain, faktor politik, sosial, ekonomi, dan seni-budaya dengan semua interrelasinya. Untuk itu, tulisan Clyd Cluckhohn tentang tujuh unsur budaya universal sebagai alat (sarana) memahami kebudayaan universal dapat menjadi referensi yang sangat penting untuk memahami kebudayaan Indis. Banyak tulisan atau karangan dari abad ke-18 dan abad ke-20 yang berupa monografi, kesusasteraan, kisah perjalanan, lukisan, foto, sketsa, artefak, dan seni bangunan Indis.

Dinas Kepurbakalaan dan Permuseuman belum banyak menangani peninggalan hasil karya seni-budaya gaya Indis sebagai salah satu rangkaian pembabakan zaman sejarah kebudayaan Indonesia. Padahal, pelestarian dan penelitian budaya Indis akan memperkaya budaya bangsa.

Kebudayaan Indis adalah monumen estetis hasil budaya binaan (cultural construct) dan imajinasi kolektif, serta ekspresi kreatif sekelompok masyarakat di Hindia Belanda yang menggunakan dasar budaya Belanda dan Indonesia.

Bab II

Masyarakat Pendukung Kebudayaan Indis

A. Struktur Masyarakat dan kehidupannya

Kehadiran bangsa Belanda sebagai pengusa di Pulau Jawa menyebabkan pertemuan dua kebudayaan, yaitu barat dan timur. Kebudayaan Barat (belanda) dan kebudayaan Timur (jawa) yang masing masing di dukung oleh etnis berbeda dan mempunyai struktur sosial yang berbeda pula. Lambat laun pengaruh tersebut makin besar dan mempengaruhi berbagai bidang dan unsur kebudayaan. Bangsa Belanda yang hadir di Indonesia pada akhir abad ke-6 semula bertujuan unyuk berdagang. Namaun demikian, mengamankdan sektor ekonomi dan perdagannya. Tujuan mereka berubah menjadi penguasa yang berdaula. ,Lalu pertemuan kebudayaan kedua suku bangsa disusul penjajahan dengan kekuasaan yang berdaulat, yang menimbulkan perubahaan stuktur masyarakat Jawa.

Sejak abad ke-18 sampai awal abad ke-20 muncul golongan sosial baru sebagai pendukung kuat kebudayaan campuran (Belanda-Jawa) di daerah jajahan Hindia Belanda. Ada lima lima golongan masyarakat baru di desa,yaitu (a) pamongpraja bansa Belanda, (b) golongan pegawai Indonesia baru, (c) golongan pengusaha partikelir Eropa, (d) golongan akademis Indonesia (sarjana hukum, insinyur, dokter, guru, ahli pertanian dan ilmu ilmu lainnya. Sartono Kartodijo membagi masyarakat Hindia Belanda berdasarkan pendidikannya. Perkembangan pendidikan dan pengajaran baru menumbukan golongan sosial baru.

Kelompok masyarakat utama yang terhormat (mijnheer) disebut “signores”, dan keturunannya disebut “sinyo”. Oleh orang pribumi, keturunan Belanda asli disebut “grad satu” atau liplap”, sedangkan “grad dua” disebut “grobiak” dan “grad tiga” disebut “kasoedik”. Dalam penguunaan istilah di masyarakat, kata grobiak dan kasoedik lama kelamaan hilang. Golongan masyarakat tersebut,kecuali wong cilik merupakan pendukung kuat kebudayaan Indis. Selain wong cilik,para pedagang dan pengusaha keturunan Cina dan Arab banyak juga membangun rumah bergaya Indis. Masyarakat koloniual Hindia Belanda memiliki stuktur yang bersifat (semi) teodal. Prestise golongan masyarakat pribumi yang berpendidikan barat lambat laun menjadi makin kuat.

Gaya Indis sebagai suatu hasil perkembangan budaya campuran Belanda dan Pribumi jawa, menunjukkan adanya proses historis. Unsur unsur esensial yang menonjol dalam perkembangan antara lain : penderitaan bersama golongan keturunan (indo belanda / eropa), sebagai pejabat bawahan pemerintahan kolonial.Konseptualitas metodologis gaya hidup indis antara lain dapat dipahami melalui beberapa sudut pandang masyrakat pendukung gaya Indis sebagai suatu faktor yang bersifat sosio-psikologis.

1. Aspek Kognitif

Aspek kognitif berhubungan erat dengan tingkat perasaan yang sangat sulit untuk dilukiskkan dan diamati. Pada suku jawa,misalnya tidak dikenal ruang khusus bagi keluarga dengan pembedaan umur, jenis kelamin, generasi, famili, bahkan di antara anggota dan bukan anggota penghuni rumah. Maka, fungsi ruang tidak di pisahkan atau di bedakan dengan jelas.

2.Aspek Normatif

Aspek ini memilkki makana hampir sama dengan aspek orientasi nilai, tujuan, normatif dan kepercayaan. Aspek normatif menunjukan keadaan yang dianggap sebagai hal yang berharga, yang menjadi tuntutan dan tujuan untuk memperoleh hidup lebih baik di bawah kekuasaan pemerintah kolonial. Contohnya yaitu dalam hal membangun rumah tinggal yang lebih bersifat pribadi, dengan ruang-ruang yang memilki fungsi khusus.

3.Aspek afektif

Aspek afektif adalah tindakan kelompok yang menunjukan situasi. Dalam keluarga Eropa atau Belanda lazimnya terdapat seorang istri. Adanya banyak sanak saudara yang ikut keluarga inti juga mengharuskan susunan ruang-ruang rumah tidak banyak berbeda dengan rumah tradisional.

Ketiga aspek kognitif, normatif, dan afektif tersebut merupakan tindakan saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan secara konkret satu sama lain.

4.Kompisisi Sosial

Gaya hidup dan banguan rumah indis pada tingkat awal cendrung banyak bercirikan budaya Belanda. Pengaruh kebudayan Belanda lambat laun main berkurang, terutama setelah pendatang baru dari Belanda memilki semakin banyak keturunan dari penikahan dengan bangsa Jawa. Runtuhnya Hindia Belanda ke tangan bala tentara jepang dalam perang Dunia II pada 1942, disusul pada revolusi pada 1945, tidak mebuat peradaban Indis runtuh. Pada masa kekuasaan Hindia Belanda kehidupan masyarakat Indis tergolong makmur. Namun,pada masa pendudukan Jepang,kehidupan mereka jadi merana.

B.Kebudayaan Indis

Pada masa awal kehadirannya di Nusantara, peradaban belanda mendominasi kebuyaan Indonesia. Peran para cendikiawan dalam mengembangkan kebudayan Indis sangat besar dalam bidang pendidikan,teknologi, dan transportasi,khususnya setelah politik liberal dijalankan oelh pemerintahaan kolonial.Sebelum beladna hadir,masyarakat jawa sudah mengenal teknologi dengan cukup baik.Hal tersebut tampak dari arsitektur rumah mereka yang berelemen kayu,bangunan candi yang berelemn batu alam atau bata dan alat alat lainnya.Dalam arkeologi,perubhaan budaya (cultural change) dapat diamati melalui kebudayaan meterial yang di pengaruhi berbgagai hal, yaitu inovasi,terknologi,perubahan fungsi,ideologi serta keretivitas atau kebebasan. Ini adalah beberapa unsur universal budaya :

1. Bahasa, sejak akhir abad ke-18 sampai awal abad ke-20,bahasa Melayu pasar mulai berbaur dengan bahasa beland.Bahasa hasil campuran orang-orang Belanda dengan orang Jawa ini lazim disebut bahas peotjuk atau petjoek, terutama sebelum Perang Dunia II di semarang, Jawa Tengah dan sekelilingnya.Kehadairan bangsa Belanda di Indonesia yang di lanjutkan dengan percampuran darah dan budaya memunculkan sekelompok masyarakat yang berdarah campuran.

2. Kelengkapan Hidup , yang dimaksdu kelengkapan hidup yaitu, rumah tinggal, kelengkapan rumah tangga, pakaian, senjata, alat produksi, alat transportasi.

3. Mata pencarian hidup, Abad ke-18 dan ke-19 merupakan zaman keemasan penjajahan dunia (imperialisme dan kolonisme), demikian juga dengan VOC.VOC mencapai puncak kejayaannya setelah pemerintahaan Belanda memperkokoh kekuasaannya di Nusantara.Mereka mengutamakn dalam sektor perdagangan.Pemerintahan Belanda meneruskan sistem eksploitasi dan monopoli setelah mengambilalih usaha VOC.

4. Pendidikan dan pengajaran, Lazim dalam pandangan masyarakat tradisional orang yang berusia lanjut memilki pengalaman yang luas.hal itu di sebabkan oleh akumulasi pengalaman yang dilihat dan didengar. Pada keluargaa bangsawan dan priyayi Jawa, anak anak diasuh oleh para pembantu (disebut emban).Pendidikan umum adalah alat penting untuk melatih sesorang agar dapdat memegang suatu posisi jabatan dalam status di masyarakat.

5. Kesenian, Kemampuan dan kemahiran berkesenian pada suku Jawa sudah sangat tinggi sebelum bangsa Eropa hadir di Nusantara, baik dalam seni pertunjukan maupun seni rupa.Krida Beksa Wirama di yogyakarta yang didirikan oleh Pangeran Suryadiningrat dan Pengeran Tejo Kusumo pada 1916 ternyata sduah labih dulu mebuka sekolah tari dan musik gamelan.

6. Ilmu Pengetahuan dan Kemewahan Gaya Hidup :

1.Peran Penghuni dan Pemilik Pesanggrahan

2.Pembangunan Rumah Mewah dan Kemewahan Gaya Hidup Indis

3.Pembangunan Rumah Pesanggrahan

7. Religi, Enkulturasi adalah suatu proses pembentukan budaya dari dua bentuk kelompok budaya yang berbeda sampai muculnya pranata yang mantap dalam pembahasaan kajian teologi,enkulturasi diartikan sebagai rancang bangun teologi lokal.Proses rnkulturasi ditandai oleh adanya pengenalan lingkungan sosial,penyusian adat, serta terjalinnya relasi atau hubungan dalam interaksi sosial budaya.

Bab III

Gaya Hidup Masyarakat Indis

Pendekatan kultur historis sangat membantu untuk lebih memahami peradapan masyarakat indis, termaksud gaya hidupnya pembangunan rumah tinggal di benteng Batavia makin banyak karena keamanan di luar tembok benteng semakin aman dari amuk dan serangan para penguasa pribumi. Rumah-rumah mewah (landhiuzen) milik para pejabat tinggi VOC adalah tempat awal berkembangnya kebudayaan indis. Kehidupan mewah dan boros akibat keberasilan di bidang ekonomi di sebabkan oleh adanya segolongan masarakat indis di Batavia. Khususnya mengacu pada kehidupan para petinggi di weltevrendensementara, itu para pejabat bawah di kota-kota besar jawa hidup mewah jika di bandikan dengan kihidupan para raja, dan bangsawan jawa. Tanda-tanda kebesaran sebagai lambing status adalah paying sejumlah pengiring, rumah besar dan kepemilikan budak, di tiru dari kehidupan dan gaya hidup kraton para raja dan bangsawan jawa salah satu faktor yang menjadi petunjuk utama status seseorang adalah gaya hidupnya yaitu berupa catatan cara, adat istiadat, serta kebiasaan berperilaku dan mental sebagai ciri-ciri golongan sosial indis. Berikut ini di bahas gaya hidup kelompok masarakat pendukung kebudayaan indis yang terdiri atas pejabat VOC dan pejabat pemerintahan hindia belanda, serta kalangan pegawai swasta berserta anak keturunanya, gaya hidup masarakat indis dapat di ikuti dan lebih di pahami oleh berita tertulis berupa buah karya musafir, rohaniwah dan penelitian alam. Selain karya tulis, terdapat karya seniman berupa sketsa dan seni lukis yang memperkaya dan mengisi celah-celah kekurangan berita tertulis, untuk mengungkapan lebih luas tentang gaya hidup indis, berita karya tertulis buah tangan orang – orang belanda yang datang di nusantara sampai dengan runtuhnya kekuasaan hindia belanda sangaat lah berharga. Buku harian pelaut surat dan catatan perjalanan musafir. Hasil kaya sasterawan tersebut dalam bahasa belanda di sebut indische belletries. Kemudian para sasterawan menceritakan kepercayaan tentang hal-hal gaib tentang jin, setan, obat-obatan yang menimbulkan jatuh cinta dan sebagainya. Hal-hal tersebut di yakini kebenaranya oleh sebagai masarakat pendukung kebudayaan indis.

A. Rumah tangga dan rumah tinggal indis

Sejak awal kehadiran orang belanda unsure-unsur budaya dan iklim alam sekeliling sudah mempengaruhi orang-orang eropa itu dalam membangun rumah tempat tinggal mereka di jawa,dapat di ketahui tempat tinggal Batavia tidak sepenuhnya tempat seperti berebntuk tempat tinggal rumah belanda kuno di negri , pembuatan rumah Batavia kuno mendapatkan penanganan yang baik dan di kerjakan para ahli yang betul-betul handal dan pandai, pencerminan ciri-ciri yang ada, yaitu dari adanya pencampuran antara seni bangunan barat dengan lingkungan dunia timur yang sangat asing

Ada perbedaan yang sangat menyolok antara rumah- rumah yang di bangun pada masa awal pemerintahan hindia belanda yang terdapat di dalam lingkungan kastil Batavia yang berbeda di luarnya. Kelompok perumahan yang berada di luar kota Batavia di sebut pesanggrahan.

B. Kelengkapan rumah tinggal

Dari peninggalan-peninggalan catatan kuno, boedel beschrivingen, rumah tengah yang terletak di belakang ruang depan di sebut voorhius. Pada dinding ruang ini di gantungkan lukisan lukisan sebagai hiasan, di samping piring-piring hias dan jambanan porselen. Di ruang ini terdapat sebuah kerkstoel, yaitu sebuah kursi untuk kebaktian (kursi gereja ) khususnya untuk nyonya rumah pada dinding ruang tergantung perabotan lain berupa senjata atau alat perang, yaitu senapan, pedang, perasai, tombak dan sebagainya. Setiap penghuni rumah di haruskan menyediakan senjata untuk ikut menjaga keamanan. Dalam zaal di letakan peralatan rumah seperti meja makan lengkap serta almari rempah-rempah dan meja teh.

C. Kehidupan keluarga sehari – hari dalam rumah tangga

Suatu kebiasaan yang umum, di lakukan bangsa pribumi jawa pada pagi hari adalah pergi ke kali, hal demikian sangat termaksud untuk para perempuannya. Kebiasaan seperti ini hanya terlihat jamban terletak di luar rumah. Air di dapan dari sumber air di molenvliet yangt di salurkan lewat pipa, apa bila orang mandi, orang membuka kunci saluran air sehingga air dapat mengalir dan terbuang dari saluran limbah . karena itu orang harus mandi dan berbilas menggunakan air bersihdi ruang ganti baju kleedkmertje . Ada juga yang di sebut open basin yaitu tempat kamar mandi yang seluruhnya terbuka atap, di kelilingi dengan teras mengarah ke kali. Kamr mandi yang terletak di dalam rumah sudah terkenal orang pada 1870, tentu saja masih berbentuk sederhana. Pada sisi belakang ruang terdapat washuys, di situ terletak sebuah waschbalie of bad, yaitu sebuah tong besar untuk mandi dengan gayung.

D. Daur hidup dan gaya hidup mewah

Daur hidup atau life cycle adalah suatu rangkaian dalam perkembangan ke hidupan seseorang untuk kembali ke status aslinya dari satu tingkat ketingkat berikudnya . ada tiga peristiwa pentingdalam daur kehidupan manusia yaitu kelahiran , perkawinandan kematian.

Ketiga upacar itu memiliki tujuan masing-masing, upacara kelahiran di langsungkan untuk menyambut kelahiran anggota banru, dalam suatu keluarga , seluruh angota keluarga berharap si upik slalu dalam mkeadaan sehat dan selamat, upacara perkawinan di selenggarakan dengan mewah dengan harapan perkawinan yang baru di jalan ke dua mempelai berlangsung dengan penuh keselamatan

1. Upacara kelahiran

Kelahiran angota baru dalam keluarga lazim di rayakan sengan berbagai upacara.sebelum melahirkan, keluarga indis yang mampu sudah menyiapkan baju kanak – kanak , ranjang untuk si bayi, kelengkapan persalinan dan ruang tidur bagi si upik.

Pada 1815 gereja – gereja di penuhi oleh orang tua yang membawa anak bayinya unntuk di baptis tidak jelas mengapa tapada tahun tersebut begitu banyak pembatisan utuk bayi sehingga menyibukkan pendeta.apakah akibatnyabanyaknya bayi yang di lahirkan atau kesadaran beragama yang meningkat? Hal tersebut belum terjawab, banyak peraturan yang di berlakukan utuk mendapatkan pengesahan perwakilan seorang.sahnya perwakilan untuk mendapatkan pengesahan perwakilan seorang .

2. Upacara pernikahan

Pernikahan memrlukan biaya lebh besar di bandingkan dengan upacara kelahiran . sebelum akad nikah berlangsung, calon pengatin laki- laki menggantukan sebuah mah kota kecil di depan rumah atau kantornyauntuk menyertai upacara pernikahan di gereja, kedua calon mempelai memilih tema untuk menjadi seorang kroonjonker dan seorang kroonmeisje sebagai pembawa mahkota. Nenerapa minggu sebelim akad nikah , ke dua mempelai mengadakan resepsi yang di hadiri oleh teman- temannya dekatnya,pada saat ini stroojonker dan stroomeisje itu pula yang bertugas menabur bunga pasa saat hari pernikahan.

3. Upacara kematian

Upacara daur hidup yang ke 3 adalah upacara kematian. Upacara kematian di selenggarakan dengan mewah dan menelan biaya sangat besar, upacara kematian untuk pejabat voc atau pemerintahan hindia belanda memerlikan pengerahan banyaak tenaga dan pemikiran berbagai pihak.pengarahan di lakukan oleh banyak pihak, mulai darikeluarga, rohanian,pejabat sipil,militersampai serdadu dan pemikul serdadu dan pemikul zenajah atau penggalih kubur,pada masa kejayaan voc dan pemerintahan hindia belanda, upacara yang berhubungan dengan kematian seseorang pejabat tinggi, justru merupakan ajang pamer kemewahan, kebesaran dan kemegahan.

.

BAB IV

LINGKUNGAN PEMUKIMAN MASYARAKAT EROPA, INDIS dan PRIBUMI

Sumber- sumber tentang Pola Lingkungan Pemukiman

Pola pemukiman, bentuk rumah tinggal tradisional dan bangunan rumah tinggal gaya Indis tercatat dalam berbagai sumber. Sumber yang paling banyak adalah berita tertulis buah karya orang Jawa, Belanda (Eropa) serta orang asing lainnya.

1. Berita dari Karya Tulis

Berita tertulis tentang wilayah pemukiman yang kemudian berkembang menjadi kota, sudah lama dikenal sebelum abad ke-19. Dalam disertasi F.A. Soetjipto tentang kota- kota pantai di sekitar Selat Madura terdapat informasi tentang sumber- sumber berita tertulis Pribumi, antara lain berupa babad, kidung maupun serat, baik yang masih berupa manuskrip maupun yang sudah dicetak dengan jumlah cukup banyak. Karya- karya tulis ini banyak ditulis di daerah pantai (pesisir) dan pedalaman Pulau Jawa.

Manuskrip tersebut antara lain Babad Negeri Semarang, Babad Tuban, Babad Gresik, Babad Blambangan, Babad Kitho Pasoeroean, Babad Lumajang dan Babad Banten.Yang berupa cerita perjalanan antara lain adalah perjalanan R.M. Poerwolelono.

2. Karya Berupa Fotografi

Karya berupa fotografi sangat banyak tersimpan di Gedung KITLV Leiden dan berbagai museum di Belanda. Menurut Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia di Pejaten (Jakarta), disebut oleh direkturnya, tersimpan tidak kurang dari 1.000.600 buah foto dari masa sebelum Perang Dunia II.

Baru pada abad ke-19 dikirim ara pelukis yang khusus melukis segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian. Misalnya, Junghuhn melukis berbagai jenis tumbuh- tumbuhan, Rumphius melukis berbagai jenis binatang darat dan laut, dan Bemenllen melukis tentang alam.

kegiatan melukis ini juga dilakukan atas dorongan Heeren Zeventien yang mengaskan para pejabat untuk memperdalam ilmu pengetahuan, seperti ilmu bangunan dan ilmu tentang batu- batu mulia. Hal seperti ini juga dilakukan oleh si seniman sebagai pekerja yang dikontrak. Kegiatan pasar di Banten dilukis oleh awak kapal yang mengikuti peralanan pertama ke Nusantara. Di dalam buku Van den Berg, Geschiedenis van Nederlandsch Indie (KIL II Jost Van Vondel, Amsterdam, 1938), ada lukisan yang menggambarkan kegiatan pasar pada pagi hari dengan los- los pasar di luar kota Banten. Berbagai suku bangsa yang berbelanja di sini, antara lain bangsa Portugis, Arab, Cina, Turki, Birma, Belgia, Benggala, Gujarat dan lain- lain.

Mengamati Seni Bangunan Rumah dari Hasil Karya Seni Lukis, Pahat, Foto dan Karya Sastera

Mengenal kembali suatu hasil seni bangunan rumah dari masa silam yang umumnya sudah rusak merupakan hal yang menarik. Menarik karena materialnya yang lapuk dimakan zaman, diubah bentuknya atau dirombak karena tidak sesuai lagi dengan selera zaman, kecuali dari bangunan aslinya atau reruntuhan yang ada, dapat pula melalui benda- benda lain.

Melalui karya seni lukis foto gravir, relief dan karya sastera, kini orang dapat mengetahui hasil seni bangunan rumah dan perabotan milik bangsa Belanda dan anak keturunannya di Indonesia. Karya tulis dengan tambahan tulisan itu memperjelas berita tentang kehidupan dan gaya hidupmasyarakat pada zamannya. Dalam seni lukis abad ke-17 sampai abad ke-19, sedikit sekali kemungkinan para pelukis memalsukan objek yang dilukis. Pendapat ini didasarkan atas beberapa alasan.

Pertama, para pelukis naturalis yang hidup ada abad ke-17 sampai abad ke-19 adalah pengikut yang terpengaruh oleh gaya periode Renaisans dan Barok. Pada masa itu “naturalisme” dan “akademisme” hidup dengan subur di kalangan seniman lukis Eropa. Sehingga dengan demikian, hasil karya lukis dari zaman itu bernilai setara dengan hasil pemotretan dengan foto kamera pada abad ke-20.

Kedua, beberapa penulis dan pelukis lazim menggambar bangunan rumah serta pemandangan alam sekitarnya, misalnya rumah milik Groeneveld di Tanjung Timur (dilukiskan keindahannya oleh penulis Johannes Oliver dan Roorda van Eysinga). Terdapat lukisan rumah milik Reiner de Klerek di Molenvliet (sekarang Jalan Gajah Mada Jakarta) karya Willebrands, yang menggambarkan rumah ini dari arah belakang.

Ketiga, terdapat adanya suatu kebiasaan para pembesar zaman VOC dan Hindia Belanda, terutama para gubernur jenderal di Batavia dan para bangsawan kaya, meminta seniman melukis rumah tempat tinggal dan keluarga mereka sebagai kebanggaan atau kenang- kenangan keluarga.

Salah satu pelukis Belanda yang paling banyak melukis seni bangunan gaya Indis, salah satunya ialah J. Rach. Rach banyak melukis bangunan kota dan benteng serta rumah orang- orang terkemuka di Batavia dan kota- kota pantai di Jawa. Rumah- rumah pembesar yang dilukiskan antara lain rumah Willem Arnold Alting di Gunungsari (waktu itu menjabat sebagai direktur jenderal 1771-1780) dan rumah Gubernur Jenderal Petrus Albertus van der Parra di Weltervreden.

Lukisan rumah Reinier de Klerck karya Rach, khususnya yang dilukis berwarna, menunjukkan bahwa di halaman depan rumah terdapat taman dengan bunga- bunga yang indah. Pada sisi bawah lukisan ini tertulis “John’s Rach pinxit 1764”. Yang menarik sebagai hiasan bingkai lukisan adalah gambar lambang keluarga berupa perisai dan senjata Dewa Neptunus, yaitu berupa tombak bergigi tiga serta tongkat dari Mercurius.

Ada beberapa hasil lukisan berupa bangunan pesanggrahan karya pelukis- pelukis Belanda terkemuka lainnya, antara lain Andreas atau Andries Beeckman. Ia adalah seorang pelukis yang banyak melukis objek-objek di Zoetphen Belanda pada 1651, yang disebut juga schilder tot Deventer.

Pelukis terbagus dari abad ke-17 yaitu Jacob Jansen Coeman kelahiran Amsterdam, ia datang ke Indonesia pada 1663. Ia kawin tahun 1670 dengan Cornelia van Rijn, putri pelukis Rembrandt van Rijn dan Hendrickje Stoffles.

Pieter van den Boeche melukis Batavia in Vogelvlucht. Ia datang ke Batavia 19 Juni 1692 waktu kota dan benteng dikepung oleh 10.000 tentara Mataram. Andrian Mindem merupakan seorang pengikut mazhab Leiden (Leidsche Schilder School) yang juga terkenal melukis dan mengabadikan tokoh- tokoh Batavia, yaitu para gubernur jenderal dan keluarganya.

Sumber- sumber berita tentang seni bangunan dari hasil karya pelukis Indonesia sebelum Perang Dunia I antara lain karya Raden Saleh yang melukis Istana Bogor dan rumah Residen Kedu, di Magelang. Pada 1908 pernah diadakan pameran hasil- hasil lukisan untuk orang- orang yang tinggal di Hindia Belanda yang diadakan di Batavia oleh Delettanten Tentoonstelling.

Pola Pemukiman Masyarakat Indis di Kota, Provinsi dan Kabupaten di Jawa

Pengertian kota dan macam-macam jenis kota sudah ditulis oleh beberapa sarjana. Yang menarik ialah karya tulis Peter J.M. Nas yang membahas tentang kota yang di bedakannya dalam empat macam, yaitu; (1) kota awal Indonesia; (2) kota Indis; (3) kota Kolonial; dan (4) kota modern. Kota awal Indonesia disebut memiliki struktur yang jelas mencerminkan tatanan kosmologis dengan pola- pola sosial- budaya yang dibedakan dalam dua tipe, yaitu; (a) kota- kota pedalaman dengan ciri- ciri tradisional- religius, dan (b) kota- kota pantai yang berdasarkan pada kegiatan perdagangan, misalnya kota Indis Semarang.

Budaya Indis yang berkembang subur pada abad ke-18 sampai abad ke-19, dan berpusat di wilayah- wilayah tanah partikelir (particuliere-landerijen) dan di lingkungan Indische Landhuizen. Pada permulaan abad ke-20 kebudayaan ini digeser ke arah urban life seiring dengan hilangna pusat-pusat kehiduan tersebut.

Ketika Landhuizen banyak dijual kepada orang-orang Cina dan tanah partikelir (particuliere-landerijen) banyak lahan berubah menjadi perkebunan- perkebunan di sekitar Batavia. Dan ketika pemilikan budak tidak lagi dibenarkan oleh hukum, ciri Indis berkembang memancar dalam kehidupan kota sebagai bagian dari urban culture kota kolonial.

Ada tiga ciri yang harus diperhatikan untuk dapat memahami struktur ruang lingkup sosial kota kolonial, yaitu budaya, teknologi dan struktur kekuasaan kolonial. Kota- kota besar seperti Batavia, Semarang, Surabaya dan Bandung harus ditelaah dari keterkaitan erat ketiga dimensi tersebut. Kota- kota di Jawa sampai dengan abad ke-18 tidak mengalami perkembangan yang berarti.

Seiring berjalannya waktu, terdapat berbagai pengaruh budaya asing, termasuk bahan material yang digunakan. Di berbagai daerah di Jawa masih banyak ditemukan bentuk gaya asli, bahan terdapat suatu kesatuan dalam gaya bangunan, seerti contoh berikut ini.

(1) Yang paling sederhana adalah bangunan cungkup kuburan Jawa, yang
selalu terletak di tempat terpencil (kiwa)

(2) Tradisi bangunan rumah tempat tinggal Jawa, termasuk yang berada di dalam kota, mencoba menyesuaikan dengan alam sekeliling sebagai latarbelakang.

(3) Mereka tahu dan mengerti tentang adanya temat- tempat keramat atau yang sangat ideal bagi hidup mereka di desa, seperti pancuran- pancuran air dan sumber mata air.

(4) Gambaran monumental sesuai dengan gambaran ide keindahan sebuah lingkungan kota lama di Jawa dapat diamati di kota Yogyakarta.

Sejak zaman kuno, pusat kegiatan ekonomi di Pulau Jawa adalah pasar, yang sekaligu berfungsi sebagai pusat transaksi antarwilayah sekitarnya. Kompleks pasar antarwilayah terdiri dari beberapa ruangan terbuka memanjang (disebut bango atau los). Di luar kompleks pasar terdapat pertokoan yang lebih dikenal sebagai sebutan pecinan sekaligus merupakan tempat bermukim masyarakat golongan Cina.

Di samping kelompok permukiman Cina terdapat kompleks kelompok permukiman orang Timur asing lainnya, seperti orang Arab atau Keling. Mereka tinggal tidak jauh dari pasar karena pada umumnya mereka juga mempunyai kegiatan berdagang seperti menjual batu aji dan kain atau wuker (pinjam- meminjam uang berbunga).

Di Pasuruan, orang-orang Cina tinggal di Pecinan, sementara Pribumi tinggal di kampung-kampung yang berpenduduk padat. Permukiman dan tempat tinggal penduduk di Kepulauan Hindia Belanda terbagi sesuai dengan golongan dan kebangsaanya. Ada empat golongan kebangsaan, yaitu :

1. Anak negeri atau bangsa Pribumi

2. Orang yang disamakan dengan anak negeri ( sesuai dengan Sjart Pemerintah Hindia Belanda pasal 109 )

3. Orang Eropa

4. Orang yang disamakan dengan bangsa Eropa ( gelijk gesteld ).

Upaya Mencukupi Kebutuhan Perumahan Kota

Perkembangan dan perluasan kota- kota besar di Jawa dan diberbagai tempat menimbulkan kekurangan rumah tempat tinggal bagi penduduk kota. Hal demikian tidak dapat dibiyarkan begitu saja oleh pemerintah. Berbagai upaya masyarakat pun dilakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut. Pada beberapa kota didirikan pengusahaan tanah oleh pemerintah kotapraja (Gemeentelliijke Grondbedrijf).

Pada 1930 Perkarangan dan ukuran rumah dibuat sesuai dengan keperluan, dan dengan pertimbangan, antara lain ( a ) makin mahalnya harga tanah dan material, ( b ) orang mulai menyukai hal-hal yang praktis dan memenuhi segala keperluan dan selera, golongan masyarakat Indis meniru gaya hidup seperti cara hidup panutan masyarakat Indis, yaitu orang Eropa, (c) susunan keluarga inti dianggap lebih penting sehingga mempersempit keluargaa diluar keluarga inti untuk ngenger, ngindung, magersari dsb, dan (d) karena kelarga Indis kebanyakan adalah pegawai pemerintah yang kemungkinan besar sering dipindah kelain kota, atau karena promosi jabatan dan terbukanya kenaikan karir. Akibatnya, orang lebih suka membuat rumah sesuai dengan kebutuhan.

Penggunaan Unsur Seni Tradisional dalam Rumah Gaya Indis

Upaya untuk mewujudkan penggunaan unsur-unsur seni bangunan tradisional (khususnya Jawa) telah dilontarkan oleh seorang penulis dengan nama samaran Reflector di dalam Indisch Bouwkundig Tijdschrift (Agustus, 1907: 143). Reflector mengutip dari harian De Locomotif, terbitan 30 Juli 1907. Ia menyebutkan, Ch. Meyll bertutur bahwa pada arsitek Inggris di India berhasil dalam ciptaan- ciptaannya dengan mendapat ilham dan mencontoh arsitektur tradisional Pribumi India yang ada di sekeliling mereka, yang mereka lihat setia hari. Pada 1890, Kolonel Genie dan S.S. Jacob C.I.E; dengan bantuan Maharaja Jaipur, menerbitkan gambar- gambar karya seni dan ilmu bangunan sebanyak 374 lembar yang sangat berharga, berjudul Indian Architectural Details.

Dengan memperhatikan tulisan Reflector dalam Inidisch Bouwundik Tijdschrist (1607) ini, tampak kecenderungan adanya kelompok pakar ahli bangunan di Hindia Belanda yang menginginkan penggunaan unsur budaya tradisional Jawa dalam penciptaan seni bangunan.

Bab V

Ragam Hias Rumah Tinggal

Arsitektur rumah tinggal merupakan suatu bentuk kebudayaan. Arsitektur sendiri dianggap sebagai perpaduan antara karya seni dan pengetahuan tentang bangunan. Dengan demikian arsitektur membicarakan berbagai aspek tentang keindahan dan konstruksi bangunan. Marcus Vitruvius Pollio adalah orang yang pertama kali mencetuskan konsep ini, yaitu pada abad pertama sebelum masehi, ia peroleh pengetahuan dari nenek moyangnya yaitu bangsa Romawi. Karyanya berjudul De Architectura Libri Dacem diduga telah mengilhami banyak orang. Gerakan Renaisans, yang lahir pada awal abad ke -15, menggugah banyak orang untuk meneliti dan mempelajari teori-teori arsitektur dan kebudayaan Yunani-Romawi kuno. Beruntunglah bahwa kemudian Pagio Braccioli menemuka manuskrip asli Vitruvius tersebut di Perpustakaan Saint Gall Monestry pada 1414, kemudian manuskrip tersebut diserahkan kepada Leone Batista Alberti, seorang ahli sastra dan budaya klasik yunani. Alberti kemudian menulis kitab dengan judul De Re Aediri Catoria yang terbit pada 1485 sebagai karya Posthumous di Florence. Kitab dan pengetahuan ini kemudian diteruskan oleh Giocomo Barozi dan Vignola ( 1564 ) hingga akhirnya buku itu dipakai sebagai pedoman arsitektur selama beberapa abad. Lalu, isi dari buku-buku ini dikembangkan dan menjadi sangat terkenal oleh Andrea Palladio pada abad ke-16, kitab B.

Menurut Marcus Vitrusvius Pallio, tiga unsur yang merupakan faktor dasar dalam arsitektur yaitu : (a) kenyamanan ( convenience ); (b) kekuatan atau kekukuhan ( strength ); dan keindahan ( beauty ). Ketiga faktor tersebut saling berhubungan dan selalu hadir dalam struktur bangunan yang serasi dan merupakn dasar penciptaan arsitektur yang memiliki estetika maka dari itu seorang arsitektur yang arif tidak akan melupakan ketiga faktor tersebut. Sebuah bangunan selayaknya dapat dinilai dari segi keindahan, kenyamanan, serta keselamatan bagi penghuninya. Layaknya seniman pemahat patung, seorang arsitek juga menciptakan karya tiga dimensi dan salah satu elemen dalam dunia arsitektur adalah ornamen atau ragam hias. Sebagian orang berpendapat bahwa yang paling penting dari suatu bangunan adalah kenyamanan, sedangkan karya seni tidak harus berhubungan dengan fungsi dan kepentingan kehidupan sehari-hari melainkan mementingkan aspek keindahan, misalnya yang dapat dilihat pada karya patung, sastra, atau musik. Dengan demikian pandangan ini menyiratkan bahwa seni bangunan tidak termasuk dalam karya seni secara umum.

Pada saat zaman dulu ( purba ), orang melukiskan sesuatu secara naturalistik karena segala sesuatu dihubungkan dengan kepercayaan, mereka mengartikan ragam hias secara simbolik dan akhirnya saat zaman telah berubah, ragam hias ini tidak lagi dimengerti dan saat ini ragam hias semacam itu ditiadakan.

Bart Van der Leck didalam tulisannya bejudul The Place of Modern Painting in Artchitecture, berpendapat bahwa pada suatu waktu, seni lukis terpisah dengan sendirinya dari arsitektur dan berkembang dengan bebas. Hal ini terjadi karena berkat adanya eksperimen atau percobaan-percobaan yang akan meniadakan sesuatu yang tidak alami dan menjauhkan diri dari ide-ide lama, walaupun hal semacam ini membutuhkan adanya perencanaan dan penuangan berbagai keinginan, yang akhirnya selalu menghendaki adanya kemudahan sebagai rencana yang praktis, yang dapat dicipta oleh arsitek. Berikut ini penjelasan lima indikasi seni bangunan dan seni lukis. Pertama, seni lukis modern adalah karya seni yang meninggalkan naturalisme yang terdapat pada seni plastis ( pahat patung ), seni ini bertolak belkang dengan bentuk plastis yang terdapat pada arsitektur yang naturalis. Kedua, seni lukis modern bersifat bebas, terbuka, dan berlawanan dengan seni arsitektur,sebab arsitektur cenderung terikat oleh bentuk kebutuhan alami dan lingkunang alam sekelilingnya. Ketiga, seni lukis modern penuh dengan warna-warna dan bidang yang bertolak belakang dengan arsitektur yang tidak banyak menggunakan warna-warni seperti karya lukis. Keempat, seni lukis modern meliputi proses penciptaan bentuk plastis pada bidang datar, yang menghasilkan sesuatu yang kontras dengan permukaan bidang dataryang terbatas pada bangunan. Kelima, seni lukis modern memberi bentuk plastis pada bidang datar dengan pertimbangan yang tepat dan imbang ( contrasted with balanced support and weight ).

Ø Bentuk atap dan hiasan kemuncak

Pembuatan bangunan rumah Jawa tradisional dan hiasannya dari masa awal abad ke-20, terdapat suatu keganjilan apabila dibandingkan dengan bagaimana masyarakat yang tinggal di pulau sekitarnya, yaitu Bali dan Sumatera terutama dalam hal mendirikan rumah. Ada kesan yang mendalam bahwa dalam mendirikan rumah dan ragam hiasannya, ornag Jawa kian jarang menghias bangunan rumahnya apabila dibandingkan dengan orang sumatera. Orang Sumatera membangun rumah dari bahan kayu dan orang Bali membangun rumahnya dari bahan tanah liat yang dijemur atau dengan batu bata. Hal ini menjadi lebih jelas apabila dikaitkan dengan kenyataan bahwa di Pulau Jawa terdapat bangunan-bangunan kuno ( purbakala ) dari batu andesit yang megah, seperti Candi Borobudur, Prambanan dan sebagainya yang juga mempunyai relief yang sangat kaya. Jelaslah bahwa di Jawa terdapat suatu kemunduran dalam membangun dan menghias rumah tinggal. Memang, ada juga beberapa peninggalan berupa bangunan rumah tinggal yang bagus seperti di Surakarta, Yogyakarta, Cirebon, Kudus, Jepara yang seluruhnya terbuat dari kayu jati dengan bagian-bagiannya yang dipahat sangat bagus. Di Banten, menurut kesaksian orang-orang Belanda yang datang pada 1538, disebutkan bahwa dari peninggalan rumah kuno di Kotagede ( Pasar Gede ), Yogyakarta dan Laweyan di Solo, orang mendapatkan rumah dari batu bata yang dibuat kasar dan jelek dengan lorong-lorong sempit sehingga orang berjalan diantara dinding-dindingrumah dari tembok. Demikian juga halnya di Kedu dan Temanggung, rumah-rumah semuanya terbuat dari bongkahan batu atau bata dengan perekat yang dikeringkan oleh matahari ( semacam bangunan rumah di Bali ).

Di Jawa Barat keadaanya lebuih bagus, rumah-rumah dibangun dengan batang-batang tiang kayu yang berdiri atas batu alam atau batubara, lantainya ada yang dibuat diatas tiang kayu dengan lantai papan-papan kayu, sedangkan atapnya dari ijuk dan dindingnya dari bambu. Namun, rumah di Jawa Barat ini masih patut disebut rumah, sementara di Jawa Timur dan Jawa Tengah bangunan rumah rakyat jauh lebih sederhana. Hanya di pusat-pusat pemerintahan atau tempat keramaianlah terdapat rumah batu. Perbedaan yang mencolok ini dapa disebabkan oleh keberuntungan atau kesejahteraan hidup orang Cina atau Arab dan dapat juga disebabkan oleh penjajahan dan pengisapan habis-habisan oleh penjajah. Yang jelas, rumah orang Arab atau Cina lebih terpelihara dan dengan perabotan yang baik sebagai kelengkapannya serta terdapat ruang-ruang pribadi ( eigondommen ). Rouffaer berpendapat, bahwa untuk wilayah Jawa Tengah, kayu jatilah yang terbaik karena material kayu ( khususnya kayu jati ) adalah yang terbagus dan banyak terdapat di Jawa Tengah, disamping itu kayu sangat cocok dan sangat baik untuk daerah tropis, serta sangat baik untuk mengantisipasi gempa bumi. Rouffaer juga mengatakan bangunan dengan perekat ( leembouw ) yang terdapat di Jawa dan Bali diajarkan oleh orang Hindu, sebenarnya bangunan seperti itu lebih tepat untuk daerah beriklim kering.

Pada abad ke-19 tidak hanya bidang seni yang menonjol dalam bidang arsitekur, ilmu teknik juga sangat berperan. Masa itu juga dianggap sebagai masa menuju “periode peralihan”, yaitu sebagai gaya tiruan atau gaya imitasi, yang sampai dengan akhir abad ke-19 belum juga berakhir.

Ø Hiasan Kemuncak Tadhah Angin dan Sisi Depan Rumah

Di Indonesia, khususnya Jawa, hiasan di bagian atap rumah kurang mendapat perhatian, kecuali pada bangunan-bangunan peribadatan ( masjid, gereja, pura, dan candi ). Pada bangunan rumah Eropa, hiasan kemuncak mendapat perhatian dan mempunyai arti tersendiri, baik dari sudut keindahan, status sosial maupun kepercayaan. Banyak penduduk di Demak, Jawa Tengah, pada hubungan atapnya terdapat hiasan berupa deretan lempeng teracotta yang diwujudkan seperti gambar tokoh-tokoh wayang, berderet-deret ( Jawa: disimping atau hanya melukiskan tumbuh-tumbuhan) dengan gambar gunungan tepat di tengah-tengah, masing-masing lempengan teracotta tersebut dihiasi dengan mozaik pecahan cermin, sehingga disiang hari dapat memantulkan sinar yang gemerlap sehingga hiasan atap rumah-rumah di Kota Demak jelas memiliki arti simbolik. Rumah-rumah Minangkabau berkemuncak seperti tanduk kerbau di samping hiasan pahatan pada bagian-bagian dindingnya seperti halnya rumah Batak Karo sementara itu rumah Sa’ dan Toraja di Sulawesi penuh dengan pahatan pada serambi depan dengan perwujudan kepala kerbau sebagai hiasan utama, karena kerbau merupakan binatang keramat pada masa sudah mengenal kerbau sebagai binatang ternak, serta memujanya sebagai binatang keramat yang mengartikan lambang kesuburan tanah dan juga sebagai pengusir roh jahat.

Kehadiran bangsa-bangsa Eropa di Indonesia sejak awal abad ke-16 mempengaruhi berbagai unsur kebudayaan, di antaranya juga dalam hal hiasan kemuncak bangunan rumah. Dulu di Belanda banyak rumah-rumah penduduk pada atapnya diletakkan wind wijzer ( penunjuk arah angin ) yang juga berfungsi sebagai hiasan rumah. Washington Irving menulis tentang Nieuw Amsterdam di dalam A History of New Netherland menyebutkan bahwa pada setiap rumah di sini ada weerham yang seringkali pada tiap rumah menunjukkan ke arah yang berbeda. Pada abad pertengahan tidak semua orang dapat dengan sekehendak hati membuat windvaan karena ada ketentuan-ketentuan tertentu oleh penguasa, baik tentang bentuk maupun perwujudannya. Pada abad ke-15, bangsawan-bangsawan tinggi menggunakan windvaan sebagai hiasan mahkota ( kroon ). Windvaan umumnya terbuat dari logam dengan warna-warna menyala yang dapat terlihat dari kejauhan, tetapi ada pula yang menaruh hiasan berwarna keperakan dan pada sisi sudut persegi empat diisi dengan hiasan rozet namun lebih lazimnya diisi dengan lambang keluarga pemiliknya. Di Eropa sekarang, khususnya di negri Belanda, hiasan kemuncak yang berupa penunjuk arah angin dengan bermacam-macam bentuknya seringkali menunjukkan macam usaha atau pekerjaan pemiliknya, misalnya bentuk jantera alat pintal ( roda alat tenun ) terdapat di Kota Leren, gambar bajak ( alat untuk membajak tanah ) pada kemuncak gudang gandum di dekat Groningen, alat pencukur diatas rumah tukang cukur ( di Maastricth), sebuah sepatu besar diatas toko sepatu di Utrechtse Straat 48, Amsterdam, dan para pelaut sering menggunakan penunjuk arah angin dengan lukisan perahu penangkap ikan dan perahu Viking ( di Rotterdam ). Lukisan pada kemuncak rumah-rumah penduduk tersebut sudah barang tentu merupakan usaha pemiliknya untuk memperindah bangunan.

Di Rusia, dulu ayam jantan digunakan sebagai lambang, konon berfungsi sebagai binatang korban untuk pendirian sebuah bangunan, ayam jantan tersebut ditanam dalam lantai dibawah pintu masuk atau pintu darurat yang berfungsi sebagai pelindung. Hal itu dilakukan dengan maksud agar mereka mendapat perlindungan dari dewa-dewa dari segala gangguan dan marabahaya. Di dalam prasasti Jawa Kuno sering terbaca kalimat “aneteh ayam,mabantingaken hantiga” dalam rangka upacara pendirian sebuah bangunan candi di Jawa. Sampai sekarang masih banyak dipersoalkan mengapa lukisan ayam jantan justru banyak digunakan untuk menghias kemuncak menara-menara gereja. Hiasan kemuncak dengan bagian sisi depan rumah gaya Indis di Jawa tidak terlalu banyak digunakan, baik pada bangunan di kota maupun rumah di pegunungan dan pedesaan. Hal ini berbeda dengan bangunan di Negeri Belanda, yang satu sama lain berlomba untuk jadi unggul dalam hal berlomba menghias mahkota bangunan rumah.

Umumnya rumah gaya Indis beragam hias sederhana, kecuali rumah orang Cina kaya. Seperti rumah-rumah di Eropa, bangunan rumah di Negeri Belanda bagian depan (topgevels) dan kemuncak depan (geveltoppen) mempunyai variasi hiasan yang bermacam-macam. Saat ini umummnya bangunan rumah di Belanda terbuat dari batu, tetapi sampai dengan pertengahan abad ke-15 sebelumnya umumnya rumah terbuat dari kayu tetapi karena sering terjadi kebakaran maka rumah dibuat dari batu. Di Jawa, bentuk semacam ini menjadi ciri umum bangunan gaya Indis awal abad ke-19, gaya bangunan ini banyak diubah dengan menggunakan gaya yang lebih modern dari Eropa yang mutakhir, yaitu bangunan yang tertutup. Bentuk tertutup pada bangunan gaya Indis yang mulai banyak digunakan pada akhir abad ke-20, diduga karena derasnya arus kehadiran orang Eropa untuk menangani perusahaan-perusahaan perkebunan, pelayaran, bank dan sebagainya.

Akhir-akhir ini orang menggunakan sesuatu lambing dari masa kuno yang tetap menarik perhatian dengan tambahan lukisan palang salib, jangkar, dan hati yang disertakan mendampingi lambing-lambang masa kuno ( kafir ). Lambing tolak bala ( afwertaken ) kuno yang lain adalah yang disebut dondere atau heksenbezem, yaitu sebuah hiasan untuk dinding rumah atau tadhah angin juga, yang cara pembuatannya adalah dengan menempelkan batu bata merah pada permukaan dinding yang tidak dilepa. Bagi bangunan rumah gaya Indis di Indonesia, lambing tersebut sudah kehilangan makna sebagai hiasan yang mengandung arti simbolik, tetapi berfungsi hanya sebagai hiasan belaka.

1. Macam-macam hiasan kemuncak dan atap rumah

a. Penunjuk arah tiupan angin ( windwijzer ) disebut juga windvaan, dalam bahasa Prancis disebut girovettes dan apabila dapat berputar-putar disebut wire-wire

b. Hiasan puncak atap ( Nok Acrotorie ) dan cerobong asap semu, hiasan ini terbuat dari daun alang-alang (stroo) sebagai prtotipe, kemudian dalam rumah gaya Indis dibentuk dengan bahan dari semen.

c. Hiasan kemuncak tampak-depan ( Geveltoppen), bentuk segitiga pada depan rumah disebut voorschot itu dihias dengan papan kayu yang dipasang vertical, berhiasan, yang digunakan sampai dengan abad ke-19

d. Ragam hias pasir dari material logam, selain ragam hias pada puncak atau di tadhah angin ( tympanon ) bangunan rumah, ada ragam hias lain yang melengkapi bangunan rumah dari bahan besi, misalnya untuk pagar serambi, kerbil yaitu penyangga atap emper pada bagian depan dan belakang rumah.

2. Ragam Hias pada Tubuh Bangunan (Topgevel)

Selain terdapat di kemuncak (Topgevel) dan Tadhah angin (Timpanon) ragam hias terdapat di bagian tubuh bangunan, hiasan yang berupa ukir Krawangan (a’jour relief ini lazimnya terbuat dari kayu, tetapi pada rumah- rumah mewah yang dihuni pembesar pemerintah kadang terbuat dari logam besi. Ornamen ini mengingatkan kita kepada hiasan bangunan candi di Jawa yang berupa sulur- sulur tumbuhan yang berpangkal pada umbi (bonggol) atau pada jambangan bunga.

Pada bangunan besar seperti istana gubernur Jenderal atau keratin raja- raja Jawa Yogyakarta dan Solo, batang tiang bagian dalamnya (pagelaran, serambi depan dan belakang) dihias dengan gaya Ionia dan Korinthia. Tiang Doria, Ionia, Korinthia banyak digunakan dalam bangunan rumah dewa (kuil) masa Yunani dan Romawi kuno (abad ke-4 SM), kemudian digunakan juga di dalam bangunan- bangunan dari masa Renaisans abad ke-15 di Eropa.

KESIMPULAN

BAB VI

Kesimpulan dan Saran

Dari seluruh uraian dalam buku ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Kehadiran berbagai bangsa di Kepulauan Nusantara memperkaya kebudayaan Indonesia. Kehadiran bangsa Eropa, khususnya Belanda yang kemudian menjadi penguasa, menimbulkan kebudayaan campuran yang disebut kebudayaan Indis.

Kebudayaan Indis merupakan hasil perpaduan dua kebudayaan, yaitu Indonesia dan Eropa. Kebudayaan campuran ini mencakup ketujuh aspek unsur universal budaya bangsa, seperti yang dimiliki oleh semua bangsa di dunia. Dengan demikian, kebudayaan Indis adalah kebudayaan yang merupakan kepanjangan kebudayaan Indonesia, yang terdiri atas kebudayaan Prasejarah, kebudayaan Hindu-Budha, dan kebudayaan islam di Indonesia. Kebudayaan Indis merupakan produk dari pengaruh kebudayaan Barat, sekaligus bagian dari kebudayaan modern Indonesia. Kebudayaan Indis di Indonesia berakhir sesudah balatentara Jepang mengalahkan penguasa Hindia Belanda pada tahun 1942. Dengan kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II dan diproklamasikannya Indonesia Merdeka pada 17 Agustus 1945, kebudayaan Indis telah berakhir di wilayah Republik Indonesia dan tidak dapat berlanjut seperti kedudukannya semula.

Di negeri Belanda ternyata kebudayaan Indis tetap hidup. Bahkan pada akhir abad ke-20 ini masyarakat keturunan Indo Belanda masih melestarikan gaya hidup Indis. Sebagian dari kebudayaan Indis di Indonesia ada yang tetap hidup di dalam perkembangan kebudayaan Indonesia modern sekarang ini. Banyak orang Belanda dan Indo yang berkeinginan untuk dapat bernostalgiadan melihat kembali Hindia Belanda.

Istilah kebudayaan Indis patut digunakan untuk menandai kebudayaan Indonesia modern yang meliputi rentang waktu sejak kehadiran orang Belanda sampai dengan medio abad ke-20, bersamaan dengan runtuhnya Hindia Belanda tahun 1942. Kebudayaan Indis ada yang secara positif berperan penting dalam perkembangan kebudayaan Indonesia modern, yaitu sistem pendidikan dan seni, kebiasaan menghargai waktu, serta kemajuan bebagai bidang teknologi dan ilmu pengetahuan.

Istilah “Indis” yang dirasa berkonotasi sebagai hasil kebudayaan yang rendah dari masa penjajahan tidaklah perlu dirisaukan lagi, sebab Indonesia telah merdeka dan memproklamasikan kemerdekaannya. Selain itu, kerisauan itu tidak perlu karena kebudayaan Indis adalah hasil cipta masyarakat keturunan Indonesia dan Barat (Belanda). Jadi kebudayaan Indis adalah kebudayaan Indonesia juga.

A. Berhubungan dengan Seni Karya Budaya Jasmani

1. Seni bangunan

Sampai akhir abad ke-20, banyak peninggalan seni bangunan gaya Indis yang berupa bangunan rumah tinggal dan juga bangunan banyak yang sudah hancur atau digusur, walaupun masih ada yang tertinggal dan sebagian ada yang berdiri dengan megah dan kokoh. Bangunan – bangunan gaya Indis yang memiliki nilai historis, arkeologis dan estetis serta mewakili zamannya patut dilestarikan, diteliti dan diselamatkan

2. Karya Seni Rupa dan Seni Kerajinan

Barang-barang karya seni rupa gaya Indis yang terdiri dari seni lukis, seni patung dan seni kerajinan tidak banyak menjadi koleksi museum-museum di Indonesia. Akibatnya, cucu bangsa Indonesia kurang mengenal berbagai karya seni dan seni jauhari nenek moyangnya khususnya dari masa abad ke-18 sampai dengan media abad ke-20.

B. Berhubungan dengan Karya Budaya Rohani

Hasil budaya dari masa Hindia Belanda oleh sebagian orang ada yang dianggap sebagai sesuatu yang negatif. Akan tetapi, sesungguhnya peninggalan budaya yang positif pun cukup banyak. Budaya Indis yang bersifat positif patut diteruskan dan dikembangkan oleh bangsa Indonesia.

SARAN

- Sebaiknya kalimatnya jangan berulang-ulang menggunakan bahasa jangan terlalu baku

- Sebaiknya gambarnya berwarna agar lebih menarik

- Sebaiknya menggunakan kalimat dengan bahasa yang lebih ringan agar memudahkan pembaca memahaminya

DAFTAR PUSTAKA

Soekiman, Djoko.2011.Kebudayaan Indis.Komunitas Bambu:Depok.

staff.blog.ui.ac.id/arif51/2008/11/11/teori-kebudayaan

http://riantiarno.blogspot.com/2010/10/analisis-teori-ahli-antropologi.html

Sabtu, 09 April 2011

Hubungan Interpersonal

No man is an island, entire of itself. Kata John Donne. Malahan kita selalu dipengaruhi oleh orang lain. Tanpa orang lain kita diliputi oleh perasaan terisolasi, seperti seorang tahanan penjara dan pelaut yang terdampar. Dengan adanya orang lain disisi kita bahkan saat frustasi dan kesedihan datang pun perasaan itu dapat dengan mudah ditahan. Ini saatnya saat keintiman dengan orang lain dapat membuat kita merasa seperti berada di tempat yang sangat nyaman didunia.
Satu pikiran yang kita pelajari adalah ada cara berbeda dalam berhubungan dengan yang lainnya. Kita akan membahas ini : The social or fair-exchange model dan the transactional analysis model. Dalam sesi terakhir kita juga akan melihat the role model. Walaupun tidak ada dari model – model tersebut yang dapat menjelaskan semua tentang hubungan kita, tapi dapat kita sadari model tersebut dapat menolong kita menjadi lebih sadar tentang arti dan pengertian dari suatu hubungan setiap harinya.

Social or Fair-exchange Model
Sesuai dengan model ini, tujuan utama dari hubungan interpersonal adalah saling memuaskan dari kebutuhannya. Kita cenderung untuk menghubungkan dengan hal lain dalam seperti setiap dari kita akan menerima pertukaran yang adil dari apa yang kita taruh dalam hubungan kita dengan orang lain dan apa yang telah kita korbankan.
Rewards (ganjaran hadiah). Reward adalah apa saja yang menguntungkan dari sebuah hubungan yang positif atau baik. Yang tidak dapat dipungkuri dalam hubungan dengan orang lain adalah adanya nilai negatif yang disebut cost (biaya). Ini mungkin terdiri dari dari derajat tingkatan dari penanaman emosional atau jumlah dari waktu dan energi yang digunakan untuk menjaga suatu hubungan atau ini mungkin mengambil bentuk lain dalam bentuk kekecewaan dalam respon yang lain, seperti Reward. Perbedaan antara Reward dan Cost. Ketika reward dari suatu hubungan lebih besar daripada cost yang tak terelakan, kita dapat mengatakan hubungan tersebut dapat menjadi sangat menguntungkan. Ketika cost lebih besar kita akan menganggap hubungannya tidak adil. Yang menjadi dasar reward, cost atau pertukaran yang adil tergantung dari seberapa subjek terpengaruhi secara baik oleh faktor objektif.
Jika ada orang lain yang diluar hubungan menawarkan lebih banyak kepuasan dengan sedikit pengorbanan daripada yang ada sekarang, lalu orang yang seperti itu sedang mengancam hubungan kita yang sekarang. Dalam hal ini mungkin dapat dijelaskan mengapa pendekatan pertukaran yang adil banyak yang terputus karena ada satu hal yang lebih memuaskan dengan biaya atau pengorbanan yang kecil. Hal ini mungkin juga menjelaskan mengapa banyak hubungan yang tidak memuaskan terus berlanjut karena individu tersebut gagal atau tidak dapat melihat hal yang lebih menjanjikan dari orang lain di masa depan.

Model Analisis Tranksaksi
Teori permainan masih menyediakan model dari hubungan yang lainnya. Sesuai dengan pandangan ini. Hubungan dapat dipahami dengan baik sebagai kombinasi dari Inner ego state dan transaksi dari luar.
Ego estate adalah sebuah konsep yang kami gunakan untuk mendeskripsikan hubungan sistem perasaan dari dalam dan persepsi dalam hubungan manifestasi pola perilaku. Hal ini dapat dilihat dan di deteksi dari kata – kata, nada suara, ekspresi wajah, sikap tubuh dan badan. Kepribadian seseorang dapat dipahami dan dihubungkan melalui tiga hal dasar : Masa anak- anak, orangtua dan masa dewasa. Tranksaksi adalah sebuah pertukaran antara individu menyangkut stimulus dan respon antara ego state yang spesifik dari individu.
Masing-masing model ini menyebabkan aspek yang berbeda dari hubungan kita sehari-hari. Model pertukaran mengingatkan kita bahwa kita cenderung untuk mengharapkan pengembalian yang adil pada apa yang kita telah berinvestasi dalam hubungan kita dengan orang lain. Transaksional model komunikasi yang menyoroti kompleksitas yang terlibat dalam hubungan kami, terutama bagaimana kita memanipulasi satu sama lain dalam cara predicable untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Selain cara yang berbeda untuk hubungan pemahaman, kita juga dapat membedakan berbagai tingkat hubungan, dari rendah menjadi lebih intim

Memulai hubungan
Ketika anda pertama kali bertemu seseorang, kecenderung dari kita adalah membentuk kesan luas mengenai bagaimana orang lain atas dasar informasi yang sangat sedikit tentang mereka, berasal dari kebutuhan kita ketahui agar siap untuk merespon. Umumnya kita menganggap seseorang memiliki karakteristik yang kita.
Ketika kami pertama kali bertemu seseorang, kita memperhatikan hal-hal seperti usia, penampilan, jenis kelamin, ras, fisik, dan pakaian dari orang itu. Sayangnya, kesan kita kadang-kadang dirusak oleh stereotip atau generalisasi palsu. Artinya, kita cenderung untuk mengatributkan karakter identik dengan orang-orang dengan kesamaan permukaan, terlepas dari perbedaan yang sebenarnya antara mereka. Sebagai contoh, ada kecenderungan untuk melihat semua orang yang memakai kacamata karena lebih cerdas, rajin, dan dapat diandalkan dibandingkan tidak memakai kacamata
Atraksi interpersonal
Banyak kesan dibentuk dengan mengamati orang lain. Ketika kita mulai berinteraksi dengan orang, bagaimanapun juga kita mendapatkan perasaan yang lebih kuat dari suka atau tidak suka terhadap mereka. Perasaan seperti itu mungkin tampak berubah-ubah pada saat itu, namun sebenarnya hal ini dipengeruhi oleh sejumlah faktor :
1. fisik ini terutama penting dalam tahap awal jika sebuah hubungan. Kita lebih cenderung untuk tertarik pada seseorang yang tinggal dekat kita, menghadiri sekolah yang sama, atau bekerja diperusahaan yang sama kita lakukan.
2. Kesamaan/serupa seseorang terhadap diri kita. serupa adalah cara kita juga unutk mempertinggi daya tarik mereka kepada kita. Sekali kita bertemu orang-orang yang seperti kita dalam hal keyakinan, sikap, atau latar belakang social, kita cenderung lebih tertarik pada mereka daripada seseorang yang kurang seperti kita
Peran bahwa daya tarik fisik bermain di tarik secara keseluruhan interpersonal kami bervariasi sesuai dengan individu, jenis kelamin dan standar budaya. Namun, temuan khas adalah bahwa laki-laki tertarik untuk perempuan atas dasar daya tarik fisik dan daya tarik seks, sementara perempuan tertarik pada laki-laki lebih berdasarkan karakteristik kepribadian dan prestasi dari penampilan fisik


Hubungan peran
Sementara kita pada awalnya tertarik kepada orang lain berdasarkan persepsi tertentu dan perasaan daya tarik, jenis hubungan kita dengan mereka sangat tergantung pada peran sosial, atau perilaku yang diharapkan dan kenyamanan. Yang dimaksud di sini adalah kompatibilitas atau relevansi, hal apa yang tepat untuk dilakukan dalam hubungan.
Contohnya kita dapat percaya ketika menyerahkan uang kepada teller bank. Yang mungkin petugas teller itu asing bagi kita.

Peran kecukupan dan konflik
Persyaratan utama dalam hubungan adalah dengan peran kesesuaian, atau bertindak seperti yang kita harus bertindak
Menurut Erich Fromm kondisi eksistensi manusia yang terdiri dari aspek binatang, dan aspek manusia, menimbulkan macam kebutuhan-kebutuhan dasar manusia yang terdiri dari keterhubungan, transedensi, keberakaran, identitas, kerangka orientasi.
Ketika satu kebutuhan tidak teraktualisasi akan menjadi penghambat. Misalnya dalam hal ini hubungan interpersonal, berkaitan dengan keterhubungan, maka kebutuhan mengatasi perasaan kesendirian dan terisolasi dari lingkungan disekitarnya. Jika seorang individu tidak mencapai kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan maka individu itu akan mengalami isolasi namun sebaliknya jika kebutuhan teraktualisasi maka hubungan yang lebih intim terjadi.

Hubungan intim pribadi
Menurut definisi kamus biasa, keintiman mengacu pada hubungan, kehangatan internal antara dua teman atau kekasih yang dihasilkan dari periode panjang asosiasi. keintiman yang lebih berkaitan dengan kualitas hubungan daripada dengan durasi kontak kita dengan orang lain, walaupun biasanya ada hubungan yang positif antara keduanya.
Keintiman merupakan hubungan pribadi yang erat dengan orang lain, di mana mitra berbagi pemikiran dan perasaan terdalam. Hal ini kebetulan bahwa keintiman sering identik dengan hubungan seksual, karena hubungan seksual biasanya melibatkan erat kontak antara dua orang. Tapi kita mungkin mengalami keintiman interpersonal tanpa hubungan seksual bergender sama seperti pada persahabatan dan hubungan pasien terapis. Di sisi lain, dua orang dapat terlibat dalam hubungan seksual dengan taruhan keterlibatan emosional sangat sedikit, seperti dalam hubungan seks bebas. Namun, bahkan ketika kita mencapai keintiman pribadi kita dengan teman-teman kita, kekasih, atau mitra perkawinan, periode ini biasanya alternatif dengan peran hubungan.

Self-Disclosure (Timbal balik penyikapan diri)
Self-Disclosure timbal balik berkaitan dengan dua atau lebih orang-orang yang dengan sukarela sebagi perasaan dan pemikiran dalam diri mereka. Sepanjang itu adalah perkiraan kepada hubungan, timbal balik yang pada umumnya menyempurnakan keakraban lebih besar. Salah satu faktor yang paling utama di dalam timbal balik penyikapan diri adalah tindakan dirinya sendiri. Timbal balik penyikapan diri maksimum terjadi ketika mitra kedua-duanya menyingkapkan banyak sekitar diri mereka dan juga meminta informasi tentang orang lain pada terus meningkat mengisyaratkan tingkatan. Contohnya dua orang yang berteman lama kemudian salah seorang dari mereka mengungkapkan/bercerita rahasia yang menjadi masalahny, hal ini bisa menjadi gerbang sebuah timbale balik kepercayaan.
Pertukaran seperti itu juga menggambarkan pentingnya kepercayaan di dalam timbal balik penyikapan diri dan keakraban.

Keintiman dan pertumbuhan
Idealnya hubungan intim membantu kedua pasangan tumbuh lebih lengkap sebagai orang. Kasih sayang dan kepercayaan antara mereka memberikan suasana, aman menerima di mana kedua dapat berbagi dan menegaskan diri mereka di lovels semakin lebih dalam kepribadian mereka. Kepuasan kebutuhan dasar mereka untuk keamanan dan penerimaan, dalam istilah Maslow, membebaskan mereka mengaktualisasikan diri dalam hal yang lebih tinggi, kebutuhan pertumbuhan.





Ringkasan
model pertukaran menekankan pentingnya mendapatkan pengembalian yang adil pada apa yang kita telah investasikan dalam hubungan tersebut. model analisis transaksional mengingatkan kita pada kompleksitas transaksi interpesonal sebuah cara kita cenderung untuk memanipulasi satu sama lain untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Disini juga dibedakan beberapa tingkatan hubungan sesuai dengan tingkat keterlibatan pribadi termasuk hubungan awal.
Dasar daya tarik
· kedekatan fisik
· latar belakang sosial
· karakteristiknya
· daya tarik fisik
· saling menyukai lama-lama meningkat menyukai Anda

IMAS AMALIA
15509505
2PA03

Minggu, 27 Maret 2011

Post Traumatic Stress Disorder

Bencana alam yang menimpa negara Jepang yang terjadi pada tanggal 11 Maret 2011 pukul 15.00 waktu Tokyo telah terjadi gempa bumi berkekuatan 8,9 SR yang berpusat dikedalaman 24,3 km sekitar 130 km disebelah timur Sendai di pulau utama Honshu dan disusul dengan Tsunami. Bencana ini diperkirakan telah memakan korban sebanyak 2000 jiwa. Korban bencana tersebut disinyalir mengalami Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) yaitu gangguan stress atau tekanan dari suatu peristiwa luar biasa yang dihadapi oleh setiap individu dimasa lalu yang dapat berakibat kecemasan.
Definisi Post Traumatic Stress Disorder
Gangguan Stress Pasca Trauma (Post Traumatic Stress Disorder) adalah reaksi maladaptif yang berkelanjutan terhadap suatu pengalaman traumatis. Pengalaman traumatis ini merupakan pengalaman luar biasa yang mencekam, mengerikan, dan mengancam jiwa seseorang, seperti peperangan, korban perkosaan, keorban kecelakaan hebat dan orang-orang yang telah menjadi saksi dari hancurnya rumah-rumah dan lingkungan hidup mereka oleh bencana alam, atau oleh bencana teknologis seperti tabrakan kereta api atau kecelakaan pesawat dan sebagainya.
Gangguan Stress Pasca Trauma ini kemungkinan berlangsung berbulan-bulan, bertahun-tahun atau sampai beberapa dekade dan mungkin baru muncul setelah beberapa bulan atau tahun setelah adanya pemaparan terhadap peristiwa traumatis. Individu akan didiagnosa mengalami PTSD bila setelah periode yang cukup panjang, ia tak mampu kembali ke fungsinya yang semula, dan terus dicekam oleh pengalaman-pengalaman mengganggu
Kerentanan terjadinta Post Traumatic Stress Disorder pada individu sangat tergantung pada beberapa faktor seperti resiliensi dan kerentanan terhadap efek trauma, riwayat penganiayaan seksual masa anak-anak, keparahan trauma, derajat pemaparan, ketersediaan dukungan sosial, penggunaan respon coping aktif dalam menghadapi stresor traumatis, dan perasaan malu. Dalam kaitannya dengan gender, perempuan lebih banyak mengembangkan

PTSD sebagai respon terhadap trauma meskipun pria juga sering dihadapkan pada pengalaman traumatis.
Symtom
Symtomps yang muncul pada Post Traumatic Stress disorder meliputi:
1.Ingatan atau bayangan mencengkeram tentang trauma, atau merasa seperti kejadian terjadi kembali ("Flashbacks")
2.Respon-respon fisik seperti dada berdebar, munculnya keringat dingin, lemas tubuh atau sesak nafas saat teringat atau berada dalam situasi yang mengingatkan pada kejadian
3.Kewaspadaan berlebih, kebutuhan besar untuk menjaga dan melindungi diri
4.Mudah terbangkitkan ingatannya bila ada stimulus atau rangsang yang berasosiasi dengan trauma (lokasi, kemiripan fisik atau suasana, suara dan bau, dan sebagainya).
Pada beberapa orang dapat terjadi:
1.Mimpi buruk, gangguan tidur
2.Gangguan makan: mual dan muntah, kesulitan makan, atau justru kebutuhan sangat meningkat untuk mengkonsumsi makanan
3.Ketakutan, merasa kembali berada dalam bahaya
4.Kesulitan mengendalikan emosi atau perasaan, misalnya menjadi sensitif, cepat marah, tidak sabar
5.Kesulitan untuk berkonsentrasi atau berpikir jernih.

Etiologi
1.Etiologi Psikoanalisis
Bisa disebabkan pengalaman masa lalu yang tanpa disadari individu telah membuat individu menjadi trauma dan cemas berlebihan. Dengan kata lain, ada konflik – konflik tak sadar yang tetap tinggal tersembunyi dan merembes ke syaraf kesadaran.
2.Etiologi Kognitif
Adanya cara berpikir yang terdistorsi dan disfungsional, bisa meliputi beberapa hal seperti : prediksi berlebihan terhadap rasa takut, keyakinan yang self – defeating atau irasional, sensitiviras berlebihan terhadap ancaman, sensitivitas kecemasan, salah mengatribusikan sinyal – sinyal tubuh,serta self – efficacy yang rendah
3.Etiologi berdasarkan pendekatan behavioral
Etiologi terjadinya PTSD dapat dijelaskan dengan menggunakan pendekatan behavioral dengan kerangka pikir conditioning. Dalam perspektif classical Conditioning, pengalaman traumatis berfungsi sebagai stimulus tak terkondisi yang dipasangkan dengan stimulus netral seperti sesuatu yang dilihat, suara, dan bau yang diasosiasikan dengan gambaran trauma. Pemaparan terhadap stimuli yang sama atau hampir sama memunculkan kecemasan yang diasosiasikan dengan PTSD
Pengobatan bisa termasuk psikoterapi (mendukung dan melakukan terapi) dan pemberian obat antidepresan. Pengobatan memerlukan psikoterapi (termasuk terapi kontak) dan terapi obat. Karena sering kegelisahan hebat yang dihubungkan dengan kenangan yang menggoncangkan jiwa, psikoterapi mendukung memainkan tugas yang teramat penting pada pengobatan. Ahli terapi secara terbuka berempati dan bersimpati dalam mengenal rasa sakit psikologis. Ahli terapi menenteramkan orang bahwa respon mereka nyata tetapi menganjurkan mereka menghadapi kenangan mereka (sebagai bentuk terapi kontak).
Mereka juga diajar cara untuk kegelisahan kontrol, yang menolong memodulasi dan mengintegrasikan kenangan menyiksa ke dalam kepribadian mereka. Psikoterapi insight-oriented bisa membantu orang yang merasa merasa bersalah memahami mengapa mereka menghukum diri mereka sendiri dan membantu menghilangkan perasaan bersalah. Obat antidepresi kelihatannya memberikan beberapa keuntungan. Gangguan stress posttraumatic kronis bisa tidak hilang tetapi seringkali sangat berkurang seiring waktu bahkan tanpa pengobatan. Meskipun demikian, beberapa orang menjadi cacat tetap dengan gangguan tersebut.

Ada dua macam terapi pengobatan yang dapat dilakukan penderita PTSD, yaitu dengan menggunakan farmakoterapi dan psikoterapi. Pengobatan farmakoterapi dapat berupa terapi obat hanya dalam hal kelanjutan pengobatan pasien yang sudah dikenal. Pengobatan psikoterapi. Para terapis yang sangat berkonsentrasi pada masalah PTSD percaya bahwa ada tiga tipe psikoterapi yang dapat digunakan dan efektif untuk penanganan PTSD, yaitu: anxiety management, cognitive therapy, exposure therapy .

Daftar Pustaka:

Http://www.e-psikologi.com/epsi/klinis_detail.asp?id=575
Http://technurlogy.wordpress.com/2010/05/31/post-traumatic-disorder-gangguan-stres-pascatrauma/

IMAS AMALIA
15509505
2PA03

Selasa, 15 Maret 2011

Penyesuaian Diri, Pertumbuhan Personal dan Stres

PENYESUAIAN DIRI
Definisi Penyesuaian Diri Menurut Beberapa Tokoh:
Menurut Kartono (2000), penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Sehingga permusuhan, kemarahan, depresi, dan emosi negatif lain sebagai respon pribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis. Hariyadi, dkk (2003) menyatakan penyesuaian diri adalah kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan atau dapat pula mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan diri sendiri. Ali dan Asrori (2005) juga menyatakan bahwa penyesuaian diri dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan perilaku yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi, konflik, serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu berada. Sebelumnya Scheneiders (dalam Yusuf, 2004), juga menjelaskan penyesuaian diri sebagai suatu proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan individu dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan, dan mengatasi ketegangan, frustasi dan konflik secara sukses serta menghasilkan hubungan yang harmonis antara kebutuhan dirinya dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup. Hurlock (dalam Gunarsa, 2003) memberikan perumusan tentang penyesuaian diri secara lebih umum, yaitu bilamana seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap orang lain secara umum ataupun terhadap kelompoknya, dan ia memperlihatkan sikap serta tingkah laku yang menyenangkan berarti ia diterima oleh kelompok atau lingkungannya. Dengan perkataan lain, orang itu mampu menyesuaikan sendiri dengan baik terhadap lingkungannya

PERTUMBUHAN PERSONAL
Ketika orang-orang terlibat sepenuhnya dalam perjalanan Pertumbuhan pribadi mereka mengalami rasa baru kebebasan dan tujuan bahwa mereka tidak pernah sebelumnya. Personal Growth adalah, pada intinya, tentang memelihara pertumbuhan seorang individu. Kita adalah makhluk holistik dengan pikiran, tubuh, dan jiwa. Kita hidup di World mana kita semakin ditantang untuk memanfaatkan potensi penuh kita. Pertumbuhan pribadi membantu kita untuk naik ke kesempatan-untuk menjadi semua yang kita dapat dan beradaptasi dengan kecepatan kilat-perubahan dalam masyarakat. Personal Growth dan Pertumbuhan rohani sangat terjalin. Seperti kata Teilhard de Chardin, Kita bukanlah manusia yang memiliki pengalaman spiritual. Kita adalah makhluk spiritual yang memiliki pengalaman manusia. Apakah kekuatan batin yang mendorong kita ke depan untuk terlibat dalam hidup dan segaladi sekitar kita. Pertumbuhan pribadi adalah sambungan ke bahwa kekuatan bawaan, yang memungkinkan seorang individu untuk tumbuh dan menjalani hidup dengan penuh. Banyak orang tidak menyadari atau tidak mengerti apa pertumbuhan pribadi. Pertumbuhan pribadi juga mungkin dikenal oleh mandiri, pengembangan pribadi, pengembangan diri, usia baru, dan banyak lagi.

STRES
Definisi Stres
Menurut EP. Gintings, stress adalah reksi tubuh manusia terhadap setiap tuntutan yang dialami oleh seseorang dalam beberapa hal. Pertama, keletihan dan kelelahan akibat kehidupan. Kedua, suatu keadaan yang dinyatakan oleh suatu sindroma khusus dari peristiwa biologis baik menyenangkan maupun tidak. Ketiga, mobilisasi pembelaan tubuh yang memungkinkan adaptasi terhadap peristiwa kekerasan atau ancaman. Keempat, terganggunya mekanisme keseimbangan dalam diri seseorang yaitu keseimbangan dalam dan keseimbangan luar yang sifatnya fisik, mental dan spiritual oleh karena perubahan yang mendadak yang sifatnya tidak menyenangkan. Kelima, mengecilkan potensi seseorang karena adanya luka-luka perasaan, beban berat dan kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi dalam diri seseorang.
Menurut Keith Sehnert, untuk menjelaskan arti kata stress, kita harus merujuk pada orang yang menemukan istilah itu pertama kali yaitu dr. Hans Selye. Menurut Selye “ Stres merupakan reaksi tubuh yang tidak menentu terhadap apa yang dituntut dari tubuh itu”.
Menurut Dadang Hawari, stress adalah respon tubuh yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya.
Stres menurut Lazarus dan Launier adalah ketegangan fisik dan mental atau emosional karena tubuh kita merespon terhadap tuntutan, tekanan dan gangguan yang ada disekeliling kita.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stres
1. Faktor Perilaku
Faktor ini muncul ketika seseorang menjumpai stressor dalam lingkungannya, ada dua karakteristik pada stresor tersebut yang akan mempengaruhi reaksinya terhadap stresor itu yaitu: berapa lamanya (duration) ia harus menghadapi stresor itu dan berapa terduganya stresor itu (predictability).

2. Faktor Psikologis
Ada tiga faktor psikologis yang terlibat. Perceived control yakni keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai stresor itu. Orang dengan internal locus of control (peristiwa yang terjadi sangat dipengaruhi oleh perilakunya) cenderung lebih mampu menghadapi stress disbanding dengan orang dengan external locus of control (peristiwa yang terjadi bergantung pada nasib, keberuntungan atau orang lain). Learned helplessness, adalah reaksi tidak berdaya akibat seringnya mengalami peristiwa yang berada diluar kendalinya. Dan Hardiness (keberanian, ketangguhan).
3. Faktor Sosial
Peristiwa penting dalam hidup seperti pernikahan atau kehilangan pekerjaan merupakan stresor social yang berpengaruh.
MANAJEMEN STRES
Tips Bagaimana Cara Mengendalikan Stres Bukan Stres Yang Mengendalikan :
 Ingatlah sedikit stress justru baik untuk anda
 Umpamakan stres sebagai lampu
 Terima kenyataan bahwa stress bagian dari hidup
 Persiapkan diri anda untuk menghadapi berbagai bentuk stress setiap hari
 Hidupkan pengharapan dalam hati
 Melakukan aktifitas baru
Menurut pendapat Philip L. Rice , cara yang dapat ditempuh untuk meminimalisir stress sebagai berikut:
Pertama, preventive (mencegah), untuk cara preventive ini bisa dilakukan dengan berbagai teknik, misalnya, adaptasi dengan keadaan (avoiding by adjustment)
Kedua, Combative (melawan), cara yang combative ini dapat ditempuh dengan teknik menyelesaikan masalah rill yang kita hadapi (problem solving) baik dalam bentuk mental maupun fisik, melibatkan diri sendiri saja atau melibatkan orang lain.

Daftar Pustaka
Lur Rochman Kholil, S.Ag., M.S.I. Kesehatan Mental: 2010, Purwokerto; Fajar Media Press
Sunarto & Hartono, B. Agung. (1995). Perkembangan Perserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta Wahjo Sumidjo.
http://www.kesehatanport.com/memahami-personal-growth.html

IMAS AMALIA
15509505
2PA03

Senin, 07 Maret 2011

Kepribadian Sehat Menurut Rogers, Maslow, Fromm

1. Carl Rogers
a. Perkembangan Kepribadian ‘Self’
Apabila orang-orang bertanggung jawab terhadap kepribadian mereka sendiri dan mampu memperbaikinya, maka mereka harus menjadi makhluk yang sadar dan rasional. Rogers percaya bahwa orang-orang dibimbing oleh persepsi sadar mereka sendiri tentang diri mereka dan dunia sekitar mereka bukan oleh kekuatan-kekuatan tak sadar yang tidak dapat mereka kontrol. Kriterium terakhir seseorang adalah pada pengalaman sadarnya sendiri dan pengalaman itu memberikan kerangka intelektual dan emosional dimana kepribadian terus-menerus tumbuh.

b. Peranan Positif Regard
Positive regard adalah suatu kebutuhan yang memaksa dan merembes, dimiliki oleh semua manusia, setiap anak terdorong untuk mencari positive regard. Akan tetapi tidak semua anak menemukan kepuasan yang cukup akan kebutuhan ini. Anak puas kalau dia menerima kasih saying, cinta dan persetujuan dari orang lain, tetapi dia kecewa kalau dia menerima celaan dan kurang mendapat cinta dan kasih saying. Apakah anak itu akan tumbuh menjadi suatu kepribadian yang sehat tergantung pada sejauh manakah kebutuhan akan positive regard ini dipuaskan dengan baik.

c. Ciri Orang Yang Berfungsi
Manusia yang rasional dan sadar, tidak dikontrol oleh peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak, seperti pembiasaan akan kebersihan (toilet training), penyapihan yang lebih cepat atau pengalaman-pengalaman seks sebelum waktunya. Dalam masa kecil anak mulai membedakan atau memisahkan salah satu segi pengalamannya dari semua yang lain-lainnya. Segi ini adalah diri dan itu digambarkan dengan bertambahnya penggunaan kata “aku” dan “kepunyaanku”. Anak itu mengembangkan kemampuan untuk membedakan antara apa yang menjadi milik atau bagian dari dirinya dan semua benda lain yang dilihat, didengar, diraba dan diciumnya ketika dia mulai membentuk suatu lukisan dan gambaran tentang siapa dia. Dengan kata lain, anak itu mengembangkan suatu “pengertian diri” (self concept).



2. Abraham Maslow
a. Perkembangan Kepribadian ‘Self’
Maslow berpendapat, bahwa manusia memiliki hierarki kebutuhan yang dimulai dari kebutuhan jasmaniah yang paling asasi sampai dengan kebutuhan tertinggi yakni kebutuhan estetis. Kebutuhan jasmaniah seperti makan, minum, tidur dan sex menuntut sekali untuk dipuaskan. Apabila kebutuhan ini terpuaskan, maka munculah kebutuhan keamanan seperti kebutuhan kesehatan dan kebutuhan terhindar dari bahaya dan bencana. Kebutuhan untuk memiliki cinta dan kasih, seperti dorongan untuk memiliki kawan dan bekeluarga, kebutuhan untuk menjadi anggota kelompok dan sebagainya. Ketidak mampuan seseorang ini dapat mendorong seseorang dapat berbuat lain untuk memperoleh pengakuan dan perhatian. Apabila seseorang telah dapat memenuhi semua kebutuhan yang tingkatannya lebih rendah tadi, maka motivasi lalu diarahkan kepada terpenuhinya kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengembangkan potensi atau bakat dan kecenderungan tertentu.

b. Ciri Orang Yang Berfungsi
Apabila kebutuhan-kebutuhan fisiologis kita dipenuhi maka kita didorong oleh kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi kebutuhan-kebutuhan akan jaminan, stabilitas, perlindungan, ketertiban, bebas dari ketakutan dan kecemasan. Maslow percaya bahwa kita semua membutuhkan sedikit banyak sesuatu yang bersifat rutin dan dapat diramalkan. Ketidakpastian sulit dipertahankan, karena itu kita berusaha mencapai sebanyak mungkin jaminan, perlindungan, ketertiban menurut kemampuan kita.


3. Erich Fromm
a. Perkembangan Kepribadian ‘Self’

Fromm melukiskan hakikat keadaan manusia sebagai kesepian dan ketidakberatian. (Pendirian ini tidak pesimistis, walaupun sepintas lalu kelihatannya pesimistis). Dia berbicara tentang pembagian eksistensial dan pembagian historis dalam kodrat manusia sebagai akibat dari evolusi kita dari binatang-binatang yang lebih rendah, suatu proses yang membiarkan kita menjadi sungguh-sungguh bebas tetapi mengorbankan rasa aman dan rasa memiliki.

b. Ciri Orang Yang Berfungsi
Suatu masyarakat yang tidak sehat atau sakit menciptakan permusuhan, kecurigaan, ketidakpercayaan dalam anggota-anggotanya dan merintangi pertumbuhan penuh dari setiap individu. Suatu masyarakat yang sehat membiarkan anggota-anggotanya mengembangkan cinta satu sama lain, menjadi produktif dan kreatif, mempertajam dan memperhalus tenaga pikiran dan objektivitasnya dan mempermudah timbulnya individu-individu yang berfungsi sepenuhnya.

Daftar Pustaka:
Lur Rochman Kholil, S.Ag., M.S.I. Kesehatan Mental: 2010, Purwokerto; Fajar Media Press
Diktat Kuliah Psikologi Pertumbuhan
Psikologi Umum 1:1996: Universitas Gunadarma

IMAS AMALIA
15509505
2PA03

Kepribadian Sehat ditinjau dari Aliran Psikoanalisa, Behaviouristik, Humanistik, Allport

1. Psikoanalisa
Menurut Freud, perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga subsistem dalam kepribadian manusia yang disebut id, ego dan superego.
Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia atau disebut juga pusat insting (hawa nafsu). Ada dua insting dominan yaitu : a) libido; yaitu insting reproduktif untuk tujuan-tujuan konstruktif. Insting ini disebut juga insting kehidupan atau eros misalnya, dorongan seksual, segala hal yang mendatangkan kenikmatan termasuk kasih ibu, pemujaan terhadap Tuhan dan cinta diri (narsisme); b) Thanatos, yaitu insting destruktif dan agresif. Insting ini disebut juga insting kematian. Id bergerak berdasarkan prinsip kesenangan, ingin segera memenuhi kebutuhannya. Id bersifat egoistis, tidak bermoral dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Walaupun Id mampu melahirkan keinginan, tetapi ia tidak mampu memuaskan keinginannya.
Ego berfungsi menjembatani tuntutan-tuntutan Id dengan realitas di dunia luar. Ego adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dan tuntutan rasional dan realistic. Egolah yang menyebabkan manusia mampu menundukkan hasrat hewaninya dan hidup sebagai wujud yang rasional. Ego bekerja sebagai prinsip realitas.
Superego adalah “polisi kepribadian” yang mewakili dunia ideal. Superego adalah hatio nurani yang merupakan internalisasi dari norma-norma social dan cultural masyarakatnya. Super ego akan memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tidak berlainan kea lam bawah sadar. Baik id maupun superego berada dalam bawah sadar manusia, sedangkan ego berada ditengah, antara memenuhi desakan id dan peraturan superego. Untuk mengatasi ketegangan, ia dapat menyerah pada tuntutan id, tetapi berarti dihukum superego dengan perasaan bersalah. Untuk menghindari ketegangan, konflik atau frustasi ego secara sadar lalu menggunakan mekanisme pertahanan ego, yaitu dengan mendistorsi realitas. Secara singkat, dalam psikoanalisis perilaku manusia merupakan interaksi antara komponen biologis, komponen psikologis dan komponen social atau unsur animal, rasional dan moral.

2. Behaviouristik
Behaviouralisme ingin menganalisis hanya perilaku yang nampak saja yang dapat di ukur, dilukiskan dan diramalkan. Teori kaum behaviouralisme lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena menurut mereka seluruh perilaku manusia, kecuali insting adalah hasil belajar. Behaviouralisme tidak mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; kaum behavioralis hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh factor-faktor lingkungan. Behaviourisme sangat banyak menetukan perkembangan psikologi, terutama dalam hal eksperimen-eksperimen.
Kemudian John Locke meminjam konsep ini, yang dikenal sebagai kaum empirisme. Menurut mereka, pada waktu lahir manusia tidak mempunyai warna mental. Warna ini didapat dari pengalaman. Pengalaman adalah jalan satu-satunya kearah penguasaan pengetahuan. Secara psikologis, ini berarti bahwa seluruh perilaku manusia, kepribadian dan temperamen ditentukan oleh pengalaman indrawi. Pikiran dan perasaan bukan penyebab perilaku manusia, tetapi disebabkan oleh perilaku masa lalu.

3. Humanistik
Psikologi humanistic dianggap sebagai revolusi ketiga dalam psikologi. Revolusi pertama dan kedua adalah psikoanalisa dan behaviourisme. Psikologi humanistic mengambil banyak dari psikoanalisa neo Freudian seperti Adler dan Jung serta banyak mengambil pemikiran dari fenomenologi dan eksistensialisalisme. Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subjektif. Setiap orang mengalami dunia dengan cara sendiri. Alam pengalaman setiap orang berbeda dari alam pengalaman orang lain. Jadi intisari dari psikologi humanism adalah bahwa pada keunikan manusia, pentingnya nilai dan makna, serta kemampuan manusia untuk mengembangkan dirinya. Pandangan psikologi humanism, pada intinya adalah setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi dimana dia menjadi pusat. Perilaku manusia bersifat pada konsep diri, yaitu persepsi manusia tentang karena melakukan sesuatu hal atau dalam mengungkapkan perasaannya, maka ia akan sering melakukannya.

4. Allport
Kepribadian-kepribadian yang matang tidak dikontol oleh trauma-trauma dan konflik-konflik masa kanak-kanak. Orang-orang yang neoristis terikat atau terjalin erat pada pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak, tetapi orang-orang yang sehat bebas dari paksaan-paksaan masa lampau. Orang-orang yang sehat dibimbing dan diarahkan oleh masa sekarang dan oleh intense-intensi kea rah masa depan dan antisipasi-antisipasi masa depan. Pandangan orang yang sehat adalah ke depan, kepada peristiwa-peristiwa kontemporer dan peristiwa-peristiwa yang akan datang dan tidak mundur kembali kepada peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak. Segi pandang yang sehat ini memberi jauh lebih banyak kebebasan dalam memilih dan bertindak. Allport percaya bahwa sama sekali tidak ada kesamaan-kesamaan fungsional antara orang yang neoristis dan orang yang sehat. Allport mengemukakan suatu jurang atau dikotomi diantara keduanya dan salah satu diantara tipe-tipe kepribadian itu tidak memperlihatkan salah satu diantara sifat-sifat dari yang lainnya. Dalam pandangan Allport, orang yang neoristis beroperasi dalam genggaman konflik-konflik dan pengalaman-pengalaman kanak-kanak dan kepribadian yang sehat berfungsi pada suatu taraf yang berbeda dan lebih tinggi.

Daftar Pustaka:

Lur Rochman Kholil, S.Ag., M.S.I. Kesehatan Mental: 2010, Purwokerto; Fajar Media Press
Diktat Kuliah Psikologi Pertumbuhan

IMAS AMALIA
15509505
2PA03

Senin, 21 Februari 2011

Perilaku Asertif Pada Remaja

Pendahuluan

Kata Pengantar
Terima kasih kepada ibu dosen psikologi,temen-temen serta orang-orang yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.Kami penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini. Saya menerima semua kritik dan saran yang bertujuan untuk mengevaluasi dan memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Latar Belakang
Setiap remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah tanggung jawab pada remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki atau anak perempuan. Ada beberapa alasan adanya kesulitan itu. Pertama, sepanjang masa kanak-kanak masalah mereka sebagian diselesaikan oleh orangtua dan guru-guru sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja merasa diri mandiri sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru. Karena ketidakmampuan mereka untuk mengatasi masalahnya menurut cara yang mereka yakini banyak remaja akhirnya menemukan penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan.

Isi
Perilaku Asertif Pada Remaja
Dewasa ini hubungan antara perilaku asertif dan tanggung jawab pada remaja adalah ketika sesorang remaja dibebani oleh suatu perkara yang membutuhkan tanggung jawab hal ini menjadi sebuah pintu gerbang utama untuk menjadi seseorang yang siap dalam menghadapi masa dewasanya. Perlu adanya prilaku asertif dari remaja sekarang untuk mengambil keputusan.
Pola perilaku asertif dapat di pahami bila kita membandingkannya dengan dua gaya dalam merespon suatu situasi pasif dan agresif.
Perilaku pasif respon pasif bertujuan untuk menghindari konflik. Orang yang pasif tidak asertif akan mengatakan hal yang tidak sesuai dengan yang dipikirkan karena takut orang lain tidak setuju. Mereka meletakan kepentingan orang lain di atas dirinya. Dalam hubungan interpersonal mereka memiliki kecenderungan khawatir akan respon sikap orang lain terhadap dirinya sendiri dan juga orang yang pasif mungkin memandang diri sendiri sebagai korban dari manipulasi orang lain.
Perilaku Agresif bersifat menyerang orang-orang yang agresif mementingkan diri mereka sendiri tidak peduli akan pikiran, perasaan dan kebutuhan orang lain. Meskipun terdapat beberapa orang yang mengedapankan perilaku seperti ini, namun perilaku seperti ini tidak membangun hubungan yang intim-saling percaya.
Asertif berasal dari kata asing to assert yang berarti menyatakan dengan tegas. Asertivitas adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain. Dalam bersikap asertif, seseorang dituntut untuk jujur terhadap dirinya dan jujur pula dalam mengekspresikan perasaan, pendapat dan kebutuhan secara proporsional, tanpa ada maksud untuk memanipulasi, memanfaatkan atau pun merugikan pihak lainnya.

Perilaku asertif didefinisikan sebagai berikut

1. Perilaku Pasif
Respon pasif bertujuan untuk menghindari konflik dengan cara apapun. Orang yang pasif atau tidak asertif akan mengatakan hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang mereka pikirkan karena takut orang lain tidak setuju. Individu yang pasif ‘bersembunyi’ dari orang lain dan menunggu orang lain memulai percakapan. Mereka meletakkan kepentingan atau keinginan orang lain diatas dirinya. Dalam suatu hubungan dengan orang lain, mereka cenderung gelisah, khawatir bagaimana orang lain akan bereaksi kepada mereka dan memiliki kebutuhan yang tinggi untuk disetujui. Masalah akan muncul ketika orang yang bersifat pasif secara rahasia merasa marah dan benci kepada orang lain. Orang yang pasif mungkin memandang diri mereka sendiri sebagai korban manipulasi oleh orang lain. Cara pandang yang seperti inilah merusak kepercayaan diri mereka.

2. Perilaku Agresif
Pada suatu situasi konflik, orang yang agresif ingin selalu “menang” dengan cara mendominasi atau mengintimidasi orang lain. Orang yang agresif memajukan kepentingannya sendiri atau sudut pandangnya sendiri tetapi tidak peduli atau “kejam” terhadap perasaan, pemikiran, dan kebutuhan orang lain. Cara agresi ini sering berhasil karena orang lain mengalah untuk menghindari konflik yang lebih buruk atau berkepanjangan. Karena perilaku agresif dapat memberikan efek yang menguntungkan dalam jangka pendek, seseorang bisa enggan untuk tidak menggunakan strategi yang agresif. Seringkali orang-orang yang cenderung untuk menggunakan strategi agresif untuk mencapai tujuannya, memiliki sudut pandang yang menyimpang misalnya bahwa mereka merasa dirinya terus menerus dalam situasi yang terancam, diserang secara personal, atau merasa diganggu oleh orang lain yang menghalangi usahanya. Individu seperti itu mudah marah dan frustasi. Mereka nampaknya percaya bahwa mereka seharusnya tidak merasakan frustasi. Bukannya secara rasional menganggap suatu kejadian sebagai kekecewaan, orang yang agresif meresponnya dengan kemarahan. Bukannya membantu menyelesaikan masalah, mereka malah “meluapkan apa yang ada di dalam dada” meningkatkan kemarahan dan serangan. Pada awalnya orang lain mungkin menyerah akibat intimidasi oleh individu yang
bersikap agresif, mereka juga bisa bertindak dengan cara yang halus untuk membalas.
Sebagai contoh, pasien yang merasa tidak diperlakukan dengan baik pada suatu apotek mungkin tidak akan kembali ke apotek tersebut dan mungkin memberitahukan teman-temannya mengenai pengalaman buruknya. Para pekerja yang merasa putus asa dan dinilai rendah dapat mensabotase tujuan atasan mereka dengan cara yang beragam dan tidak langsung. Jadi, individu agresif mungkin memenangkan suatu pertarungan pribadi antar-individu dalam jangka pendek, tetapi perilakunya ini sering membawa konsekuensi negatif dalam jangka panjang. Sayangnya, banyak aspek budaya kita (media, televisi, film, dan politisi) yang mendukung pemikiran bahwa cara untuk mencapai apa yang diinginkan adalah dengan menggunakan perilaku agresif. Anda memaksakan kepentingan pribadi anda tanpa memperhatikan perspektif individu lain. Meskipun seseorang mungkin memperoleh tujuan pribadi mereka dengan menggunakan pendekatan agresif, strategi ini tidak membangun hubungan yang saling percaya, yang merupakan unsur utama dalam bekerja dengan pasien dan orang lain pada pekerjaan profesional kita. Jadi, agar lebih efektif dalam jangka panjang, Anda harus belajar bagaimana memfokuskan energi anda untuk menggunakan perilaku yang asertif dan bukan agresif.

3. Perilaku Asertif
Perilaku asertif adalah menyatakan secara langsung suatu ide, opini, dan keinginan. Tujuan perilaku asertif adalah untuk mengkomunikasikan sesuatu pada suasana saling percaya. Konflik yang muncul dihadapi dan solusi dicari yang menguntungkan semua pihak. Individu yang asertif memulai komunikasi dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat menyampaikan kepedulian dan rasa penghargaan mereka terhadap orang lain. Tujuan komunikasi ini adalah untuk mengungkapkan pendapat diri sendiri dan untuk menyelesaikan masalah interpersonal tanpa merusak suatu hubungan. Perilaku asertif mengharuskan kita untuk menghormati orang lain sebagaimana kita menghormati diri sendiri.
Faktor penting untuk menjadi individu asertif adalah kemampuan untuk bertindak secara konsisten sesuai standar yang kita miliki untuk perilaku kita sendiri. Ketika kita mengatakan kepada diri kita sendiri bahwa orang lain “membuat” kita merasa atau bertindak dengan cara tertentu, kita tidak bertanggung jawab terhadap perilaku kita sendiri. Bukannya mengubah diri sendiri, kita mencoba (tanpa kekuasaan) membuat orang lain untuk berubah. Namun satu-satunya kekuasaan yang kita miliki untuk menghasilkan suatu perubahan pada hubungan apapun adalah mengubah perilaku kita sendiri.
Penelitian membuktikan bahwa dibutuhkan beberapa keterampilan untuk dapat berkomunikasi secara asertif. Termasuk untuk memulai dan memelihara percakapan, mendorong perilaku asertif pada orang lain, merespon kritik dengan tepat, menyampaikan umpan balik negatif yang dapat diterima, mengungkapkan penghargaan atau kegembiraan, membuat permintaan, memberi batasan atau menolak permintaan, menyampaikan kepercayaan/keyakinan diri secara verbal dan non-verbal, dan mengungkapkan pendapat dan perasaan dengan tepat.

Teknik – Teknik Dalam Bertindak Asertif

1. Memberikan Umpan Balik
Memberikan umpan balik yang jujur ketika anda mendapat reaksi yang negatif karena perilaku orang lain memang sulit dilakukan tanpa menyakiti perasaan. Sering kali memperbaiki hubungan anda dalam waktu jangka panjang. Anda harus menyatakan bahwa anda telah kecewa pada apa yang mereka lakukan.
2. Meminta Umpan Balik dari Orang Lain
Kita perlu berlatih memberikan umpan balik dengan cara yang tepat, kita juga perlu mengundang umpan balik dari orang lain untuk meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal kita.
3. Menentukan Batasan
Bertindak asertif dalam menetukan batasan berarti anda mengampil tanggung jawab untuk keputusan yang anda ambil mengenai bagaimana menghabiskan sumber daya pribadi anda tanpa merasa marah kepada orang lain.
4. Membuat Permintaan
Meminta sesuatu yang anda inginkan dari orang lain secara langsung juga diperlukan pada hubungan yang sehat. Kita harus percaya bahwa orang lain akan dapat merespon permintaan kita secara asertif, termasuk berkata “tidak”. Jadi, kita tidak perlu bereaksi berlebihan ketika seseorang menolak permintaan kita dengan cara yang asertif.
5. Berlaku Persisten
Salah satu aspek penting dalam perilaku asertif adalah persisten untuk menjamin bahwa hak-hak anda dihargai. Sering ketika kita telah menentukan batasan atau telah berkata “tidak’, kemudian orang-orang tersebut akan membujuk untuk mengubah pikiran. Jika kita mengulangi lagi menyatakan keputusan kita dengan santai, kita telah bertindak asertif tanpa menjadi agresif dan tanpa menyerah. Respon ini, mengulangi menyatakan keputusan tadi dengan santai. Respon seperti ini akan menghentika bahkan orang yang paling manipulatif, tanpa menimbulkan rasa bersalah atau meningkatkan konflik.


6. Membingkai Kembali
Bingkai adalah jalan pintas kognitif yang digunakan orang untuk membuat suatu informasi yang kompleks menjadi masuk akal.

7. Mengabaikan Provokasi
Konflik interpersonal antara profesional-profesional di bidang kesehatan sering ditandai dengan perebutan kekuasaan dan otonomi. Mengabaikan komentar yang bersifat mencela dari orang lain dan tetap fokus pada penyelesaian masalah dapat menjaga konflik agar tidak meningkat ke arah yang dapat merusak hubungan.

8. Merespon Kritik
Mulai mengatasi kritik dengan layak adalah dengan menantang kepercayaan irasional yang mendasarinya yang mengakibatkan kita takut tidak diakui oleh orang lain.

Dasar Teori
Pelatihan untuk membangun perilaku asertif dan teori-teori mengenai bagaimana orang merespon dengan cara pasif atau agresif didasarkan pada teori kognitif dan psikologi tingkah laku. Pakar tingkah laku percaya bahwa respon pasif atau agresif mendapat dukungan atau penghargaan sehingga cara merespon demikian menjadi lebih banyak digunakan. Perilaku agresif sering berhasil dalam jangka pendek, karena orang lain merasa terintimidasi dan membiarkan orang yang agresif mendapatkan apa yang mereka inginkan. Perilaku pasif diperkuat ketika suatu individu dapat kabur atau bahkan menghindari konflik dan dengan demikian dapat terlepas dari kegelisahan yang menyertai konflik tersebut. Teori kognitif percaya bahwa pengertian dan kepercayaan yang tidak tepat mengenai cara merespon konflik secara pasif atau agresif yang membuat orang tidak mendukung perilaku asertif.

Sumber
Http://book.store.co.id/kesehatanmental-konsepdanperilakuasertif.Buku7787.html
Http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/1854941-kesehatan-mental-remaja/